5 Hal Mengenai Miller Lite yang Wajib Diketahui Penikmat Bir
By • Tuesday, 31 January 2017
Tags : / /

Ketika Miller Lite pertama kali muncul di pasar global di awal tahun 1970an, kemunculannya mengguncang industri bir di Amerika Serikat. Itu merupakan era fad diets, sebelum meledaknya tren craft beer, dan alternatif pilihan rendah kalori Bud, Coors, dan Miller merupakan apa yang generasi “Me” tengah cari.

Miller Lite tetap menjadi bir top-selling sampai saat ini di Amerika dan sampai merambah ke negara Indonesia sendiri. Tapi sampai pada titik apa sih kamu tahu tentang bir merek ini? Kami bertaruh ke-lima hal mengenai Miller Lite ini tidak kamu ketahui:

Awalnya dinamai Gablinger’s Diet Beer

Formula bir ini awalnya dikembangkan oleh biochemist bernama Joseph Owades, yang merupakan pekerja di Rheingold Brewery berlokasi di New York pada thaun 1967. Formula ini kemudian diberikan ke Meister Brau, berlokasi di Chicago, pada tahun 1979. Mereka kemudian meluncurkan Beister Brau Lite sebelum menjual label mereka ke Miller di tahun 1972.

Sukses karena iklan

Baik itu Gablinger dan Meister Brau gagal di pasaran, meskipun keduanya merupakan bir yang sama persis seperti Miller Lite. Bir jagoan Miller ini berhutang atas kesuksesannya kepada iklan yang menampilkan motto legendarisnya (“Great Taste… Less Filling!” dan juga beberapa atlit profesional seperti Bubba Smith, Joe Frazier dan Billy Martin.

Miller Lite hampir identik dengan Guinness, baik itu secara alkohol dan kalori

Guinness dan Miller Lite, memiliki kandungan alkohol yang sama : 4.2 persen. Miller Lite mengandung 96 kalori per 12 oz penyajian; Guinness mengandung 125.

 Tiga varian baru dirilis pada tahun 2008

Demi mengkapitalisasi pergerakan craft beer, Miller mengeluarkan tiga formula Lite baru di tahun 2008: amber, blonde ale, dan bir gandum. Disebut sebagai Miller Lite Brewers Collection, namun ketiganya tidak bertahan lama.

Terima kasih kepada Anchorman untuk label versi throwbacknya yang klasik

Bir ini kembali ke label “Lite” originalnya pada tahun 2013 sebagai bentuk dari kampanye marketing untuk “Anchorman 2 : The Legend Continues,” di mana bir ini banyak muncul di adegan-adegannya. Akibat film tersebut, penjualan bir melonjak naik. Oleh karenanya perusahaan tersebut memutuskan untuk mengembalikan label retro di kemasannya. Beberapa konsumen bahkan berpikir kalau label tua tersebut membuat birnya terasa lebih enak.

 

LR

Via: Fox News

Share this :