Beer Chat: Lawless Vomit Crew
By • Wednesday, 11 March 2015
Tags : /

Kalian yang gemar belanja merchandise band lokal, CD atau kaset, atau mungkin pernah merajah tubuh di sana, pasti sudah tidak asing dengan nama Lawless Jakarta. Sebuah toko kecil dengan interior menarik di bilangan Kemang yang mendedikasikan kecintaannya terhadap rock n roll dan kustom kulture. Di kesempatan ini, kami menyempatkan diri berbincang singkat dengan Arian13 dan Sammy Bramantyo, salah satu dari pemilik Lawless Jakarta (dan juga member dari Seringai), mengenai kecintaan mereka terhadap bir dan Lawless Vomit Crew. Enjoy!

Tag line kalian adalah “Beer Drinking, Hell Raising, Live To Ride, Ride To Die, Rock n Roll”. Kenapa kalian menyertakan “Beer Drinking “di tag line kalian? Ada alasan khusus?

S: Halo, Beergembira. Kami semua di Lawless Jakarta adalah kumpulan orang pecinta bir. Tidak ada yang lebih nikmat dari segelas bir dingin setelah selesai bekerja seharian atau ketika sedang berkumpul bersama teman-teman. Gue rasa sudah sewajarnya kalau elemen penting dari gaya hidup kami tersebut diinkorporasi ke dalamnya.

A: Ada yang memilih untuk ngopi di waktu senggang atau sambil berkegiatan, sementara gue/kami memilih bir.

lawless1

Di setiap acara yang kalian adakan atau dimana kalian juga ikut berpartisipasi, bir hampir selalu berperan besar. What is it with Lawless and beer?

S: As I said before, bir adalah pelengkap segala aktifitas kami. Bahkan kami merencanakan untuk suatu hari pergi bersama-sama ke Oktoberfest di Munich, untuk ikut dalam kompetisi minum di sana. Walau kami tahu kalau kami pasti akan kalah melawan orang-orang Eropa haha! So you can say that beer drinking is one of our greatest passion in life.

A: What is it with funerals and kue kotak?

Ada kah faktor tertentu yang menghubungkan antara riding dan bir?

S: Menurut gue sih memang dua itu sudah lama menjadi satu paket; riding, motor custom, beer, bersama juga dengan musik rock, skate board, surfing, dan lainnya; berpesta merayakan kehidupan, in a kickass way.

A: Steppenwolf dan Lemmy.

Dengan nama seperti Lawless yang konotasinya melawan aturan, apakah rule “Don’t drink and drive”, atau dalam kasus kalian, “Don’t drink and ride”, tetap berlaku dengan Lawless?

S: Menurut gue wejangan tersebut penting kok. Kami selalu expect teman-teman kami yang doyan minum untuk selalu minum secara bertanggung jawab. Bagi sebagian orang ,minum dua teguk bir saja sudah pusing. Dan ada juga yang sudah minum tiga kaleng masih bisa berkonsentrasi penuh. Always know your limit.

A: I don’t like drinking and driving. I like drinking then sleep. Kalau bawa mobil atau motor ke bar dan minum kebanyakan, lebih enak pulang naik taksi. Nggak pe-er. Stay safe, biar besok bisa minum lagi.

Kalau hipster punya Pabst Blue Ribbon, adakah satu merk bir yang paling “Lawless”?

S: Menurut gue sih Bir Bintang itu Lawless banget. Local pride. It probably tastes like piss but it is the best piss in the world. Gue juga suka Erdinger untuk pilihan yang lebih premium. Atau Pilsner Urquell dari Plzen, kota origin bir.

A: Bintang nggak lokal-lokal amat sebenarnya kan? Turunan dari Heineken buat pangsa pasar lokal haha! Nggak ada merk bir yang paling “Lawless”, apa pun bisa kami sikat, bahkan bir hangat. Tapi kalau untuk bir favorit yang punya taste enak buat gue, so far Erdinger Dunkel, Asahi Black, dan Kilkenny.

Baru-baru ini kalian merilis line Lawless Vomit Crew. Ada cerita di belakang nama itu? Atau ada pengalaman pribadi mungkin?

S: Setelah kami rilis single LVC, kami juga merilis beberapa merchandisenya. Nama LVC itu sendiri keluar secara spontan dari Arian untuk memberi nama kepada gerombolan kami. Karena waktu itu Lawless sering diundang ke berbagai acara minum-minum untuk meramaikannya. Ya, memang di acara-acara seperti itu kami sering meninggalkan motor di rumah dan minum terlalu banyak haha!

A: Vomiting is good. I can drink more beer after vomiting.

Single Dunk As Frukk dari LVC sudah diunduh sebanyak puluhan ribu. Menurut kalian, apa penyebabnya? Karena memang lagu tersebut bagus dan well produced?

S: Mungkin karena belum pernah dilakukan sebelumnya saja oleh brand-brand lain. Orang-orang jadi excited untuk menyimaknya. Mungkin juga terbantu oleh keberadaan gue dan Arian di dalam band Seringai yang memainkan musik yang jauh berbeda dengan LVC. Gofar, partner kami, juga pernah tergabung di dalam sebuah band punk rock bertahun-tahun lalu. Kami baru merampungkan editing video klip LVC dan akan kami rilis di awal Maret bersamaan dengan re-opening toko kami yang saat ini sedang proses renovasi.

A: Masih banyak orang mengira Lawless Vomit Crew adalah band, bukan bagian promosi produk Lawless Jakarta. Tidak mengapa juga, karena memang langkah marketing seperti ini nampaknya belum pernah dibuat oleh brand manapun: membuat soundtrack dari sebuah produk yang dimainkan oleh para owner brand tersebut. Haha!

Any final words to our readers?

S: Jadilah peminum, bukan pemabuk. Walau sering khilaf dan minum terlalu banyak.

A: Justru sebaiknya janganlah kalian minum bir. Serahkan saja keahlian ini kepada kami, biar kami yang menangani urusan minum bir.

Share this :