Bir Bebas Alkohol Jadi Tren Baru di Rusia
By • Wednesday, 5 April 2017

Rusia memang dikenal sebagai negara dengan peminum alkohol terbesar di dunia. Menurut data World Health Organization, rata-rata orang Rusia yang berusia lebih dari 15 tahun mengkonsumsi sekitar 15,1 liter alkohol murni pertahun pada tahun 2008-2010. Namun, angka ini tidak bisa diartikan dengan matinya pasar bir bebas alkohol di Rusia. Bahkan, saat ini sedang dikembangkan bir bebas alkohol.

Menurut hasil riset Nielsen, penjualan bir bebas alkohol melonjak ke angka 12 persen tahun lalu, meski pasar secara umum mengalami penurunan dua persen.

Tren bir bebas alkohol di Rusia dipicu oleh banyaknya masyarakat Rusia yang sudah mulai sadar untuk hidup sehat. Selain itu, aturan pemerintah soal pembatasan penjualan alkohol dan hukuman berat bagi pengemudi yang mabuk juga mempengaruhi tren tersebut. Baltika, label Rusia milik Carlsberg, akan mulai berinvestasi pada bir nol persen alkohol pada bulan ini.

Tak hanya Carlsberg, perusahaan bir Anheuser Busch InBev juga berencana untuk memasarkan ‘Bud’ yang bebas alkohol sebagai sponsor FIFA World Cup yang akan diselenggarakan di Rusia tahun depan.

“Pasar ini masih belum berkembang di Rusia dan kami berencana untuk memperluas jangkauan,” kata kepala AB InBev Rusia, Dmitry Shpakov.

AB InBev memiliki target bir berkadar alkohol rendah dan nol persen secara global bisa mencapai angka 20 persen dari total penjualan pada tahun 2025.

“Saya tidak bilang kalau tidak bisa mencapai 20 persen di Rusia. Hal ini pasti bisa. Kami memikirkan langkah awal yang sangat kuat yang bisa mendorong proses ini,” kata Shpakov.

Philip Gorham, analis Morningstar mengatakan bahwa dorongan pemerintah Rusia untuk mengendalikan konsumsi minuman alkohol akan membantu pemasaran bir non-alkohol “Konsumsi alkohol perkapita sudah menurun. Jika hal ini terus berlanjut, saya rasa akan ada ruang bagi bir rendah dan non-alkohol sebagai pengganti.”

Sebenarnya pada tahun 1980 dan 1990an brewery sudah mulai membuat bir bebas alkohol. Namun penjualannya tidak begitu sukses karena rasanya tidak disukai konsumen. Sejak itulah proses produksi bir diubah sedemikian rupa sehingga rasanya bisa mirip dengan bir pada umumnya.

 

AM
Via Reuters

Share this :