Ragi Bir Ternyata Bisa Dibudidayakan Lewat Sampah Bir
By • Thursday, 31 August 2017

Dibandingkan dengan hops, ragi seolah pahlawan yang jarang dielu-elukan. Padahal ragi menghadirkan lebih banyak rasa daripada yang diketahui oleh para penikmat bir sadari, apalagi ragi yang terkandung dalam ale Belgia. Namun instrumen penting bir yang satu inipun dapat pula menjadi sebuah gangguan, mengingat ragi adalah mikro-organisme yang membutuhkan nutrisi untuk menambah laju perlipat gandaannya, terutama diluar proses brewing.

Berdasarkan dualisme yang dimiliki oleh instrumen tersebut, sekelompok peneliti dari Singapura telah menemukan cara mengubah limbah proses pembuatan bir menjadi nutrisi bagi ragi. Tentunya penemuan ini berarti karena dapat mengurangi limbah pembuatan bir sekaligus menghemat uang para pembuatnya.

Dikutip dari Food and Wine, Professor William Chen dan timnya di Nanyang Technological University, Singapore’s Food Science and Technology Program telah mengembangkan sebuah cara mengubah gandum terutama limbah padat hasil pembuatan bir menjadi makanan ragi.

Penemuan ini membutuhkan waktu dua tahun pengkajian dan dilakukan berdasarkan dua alasan yang menarik. Pertama, sisa gandum merupakan bagian terbesar dari limbah pembuatan bir. Meski dapat dijadikan sumber pangan bagi hewan atau diubah menjadi camilan ringan, limbah jenis ini memiliki nilai yang sedikit. Sementara itu, nutrisi ragi cair bisa dijual hingga lebih dari $100 per gallon. Hasilnya, mengubah limbah padat menjadi nutrisi bagi ragi dapat memotong jumlah dan biaya pengurusan limbah.

Lagi, ditulis di Food and Wine, Professor Chen mengatakan jika sekitar 85 persen dari limbah pembuatan bir sekarang dapat diubah menjadi sumber daya yang berharga, membantu pihak pembuat bir memotong jumlah sampah serta biaya produksi. Semuanya itu tentunya ramah lingkungan.

Saat ini Professor Chen tengah mengusahakan lisensi atau pemasaran dari invoasi ini. Menurut NTU, beberapa perusahaan pembuatan bir internasional tertarik dengan inovasi tersebut, termasuk diantaranya adalah Asia Pacific Breweries asal Singapura yang telah mendonasikan sejumlah gandum untuk digunakan dalam penelitian ini.

Akhirnya, sebuah cara efektif menikmati bir tanpa harus merasa bersalah karena telah mengotori bumi. Setujukah kamu jika inovasi ini turut diadopsi oleh brewery asal Indonesia? Share pendapatmu di kolom komentar ya!

 

LR

Via : Food and Wine

Image : Denver Post

Share this :