Resep Asli Guinness Ternyata Tak Pakai Ragi
By • Sunday, 4 December 2016
Tags : / /

Bir semakin populer daripada tahun-tahun sebelumnya, thanks to industri craft beer yang berkembang dengan cepat dari scene kecil di kota seperti Burlington, Vermont, ke Eropa dan lainnya.

Namun ada saatnya juga kita menengok ke belakang untuk kita mengingat tradisi dan kesederhanaan dibalik beberapa brew favorit atau brew bersejarah – yang mungkin sekarang menjadi anomali diantara dunia bir yang dipenuhi oleh sains, branding, dan semua yang belum terlayani dengan baik oleh pelaku bisnis bir berskala besar.

Contohnya brewery asal Dublin yang menggunakan proses brewing yang sangat tradisional dan kuno dibandingkan cara membuat bir masa kini. Resep asli Guinness bahkan tidak menggunakan bahan ragi. Selama tur eksklusif tentang arsip Guinness di Dublin, diketahui bahwa sejarah brewery ini turut berperan dalam perkembangannya menjadi salah satu bir yang paling sukses di dunia, menjual 1.8 miliar pint di 120 negara setiap tahunnya,

Guinness lahir pada tahun 1759 ketika Arthur Guinness mulai membrew birnya di St. James’s Gate Brewery, Dublin. Pada Desember 31 tahun itu, ia menandatangani sewa selama 9000 (yes, sembilan ribu) tahun dengan uang muka 100 pounds dan membayar 45 pounds per tahun. Tandatangannya yang terdapat di dokumen dari kulit anak sapi ini bisa kita temui di setiap botol dan kaleng Guinness.

Meski sekarang brewery ini juga mempekerjakan tim peneliti, buku dan resep (yang – saya ulangi lagi – tidak menggunakan ragi) menunjukkan betapa tidak pedulinya mereka tentang sains saat memulai bisnis ini. Di dalam buku, mereka sudah membahas tentang ground malt sebelum ide ini diketahui oleh orang-orang dan hops juga disebutkan, meski tanpa banyak informasi soal rasanya. Padahal saat ini, hops adalah raja bagi craft beer, brewers, dan penikmat bir.

Tidak hanya mengetahui, tetapi ia melihat perbedaan varietas bahan pembuat bir ini sebagai hal yang krusial untuk menentukan rasa sebuah bir. “Ia (Guinness) tidak membahas soal varietas hops. Jadi, ketika bir bergaya IPA mulai naik daun dan sebagai bagian dari ‘keluarga’ ale, ia mengeluarkan bir jenis porter. Ia tertarik dengan hops hanya karena bisa mengawetkan,” ujar Colgan, petugas arsip Guinness.

Tradisi Guinness ini, bagaimanapun juga, tidak menghambat proses perkembangan yang ada. Bahkan, tradisi ini membantu memperbaikinya. Dalam waktu 3 tahun, Guinness berhasil merilis banyak bir daripada 15 tahun belakangan. Tahun lalu juga Guinness Brewer’s Project diluncurkan sebagai brewery kecil di St. James’s Gate sebagai cara agar bisa fokus dengan bir yang baru dan inovatif.

 

AM
Via Observer

Share this :