Sekarang, Kamu Dapat Memesan Bir di Pesawat Terbang
By • Saturday, 23 July 2016

Beberapa maskapai penerbangan gak pernah berhenti berusaha menarik perhatian pelanggannya dengan fasilitas mereka. Segala tenaga serta teknologi dikerahkan, entah memasukkan sleeping pods yang berfungsi untuk melepaskan lelah para penumpang ketimbang menaruh kursi, apartemen khusus, dan bahkan bar. Meski demikian, belum ada yang berhasil memberikan fasilitas seperti menuang fraft beer jauh di atas ketinggian.

Aturan keamanan dan aturan fisika-lah yang membuat kegiatan tersebut sepertinya gak mungkin untuk dipraktekan. Sampai di sini, banyak maskapai penerbangan mencoret menuang bir di atas ketinggian sebagai salah satu bentuk pelayanan inovatif mereka. Semua, kecuali satu.

Sebuah maskapai penerbangan asal Belanda, KLM berkolaborasi dengan perusahaan pembuat bir Belanda Hineken berhasil menemukan solusinya. Mereka berencana untuk menuangkan bir di jalur penerbangan menuju Rio de Janeiro selama pecan Olympic bulan depan.

Tantangan utama yang mereka hadapi barangkali bagaimana caranya untuk si cairan bir dapat berhasil keluar dari keg ketika berada di lingkungan dengan tekanan yang tinggi. Draft beer yang dituang di bar sekitar biasa dikeluarkan dari keg menggunakan karbon dioksida−CO2 dari tanki yang dipasangi pipa masuk ke keg, menggantikan bir supaya cairannya dapat berpindah ke atas dan keluar dari tap. Namun hal yang biasanya dijumpai di bar tidak dapat langsung diterapkan untuk pesawat terbang.

Tangki C02 kompresan tersebut gak boleh masuk ke dalam pesawat. Tanki yang gak layak atau sedikit penambahan tekanan akan merubah tangki dengan udara kompresan tersebut menjadi sebuah roket. Waduh! Bahaya banget.

Maka Heineken harus menggunakan tekanan udara untuk menekan keluar bir dari keg ke dalam tap. Sesudah proses tersebut, tantangan gak langsung berhenti. Ternyata ada tantangan lain lagi yang harus dipikirkan yakni kenyataan bahwa di dalam kabin, tekanan udara lebih rendah daripada tekanan udara di tanah.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, Heineken mengatakan bahwa mereka akan mengatur kompresor udara ke level yang lebih tinggi dari level air laut. Tanpa tekanan yang cukup untuk memindahkan bir, bir akan penuh dengan busa.

Gak seperti keg besi kebanyakan, “keg udara” Heineken ini menjaga bir terpisah dalam sebuah kantong plastik. Hanya saja, sistem tersebut belumlah sempurna. Sebab gak banyak tempat untuk sistem pendingin. Oleh sebab itu, bir yang mendarat di bandara Amsterdam dimasukkan ke dalam kulkas pesawat. Ketika sudah berada di waktu penerbangan, suhunya terus naik sehingga para penumpang yang ingin bir mereka dingin harus memesan bir tersebut secepat mungkin.

Jika suhu hangat untuk bir masih bisa kamu tolerir, maka kamu akan kaget dengan permasalahan baru dari konsep tersebut. Bir yang dituang ini tidak terasa sama dengan bir yang tersedia di bar lokal. Hal ini terjadi karena indera perasa manusia akan lebih gak reseptif dalam kabin, terutama untuk rasa manis, yang mana akan membuat bir terasa jauh lebih pahit daripada biasanya.

Di luar banyaknya tantangan yang disebutkan di atas, era bir di maskapai penerbangan bisa menjadi angin baru dalam bisnis tersebut. Tinggal tunggu sistemnya semakin disempurnakan dan siapapun orang yang menginginkan bir dalam perjalanan terbang mereka dapat bersorak sorai.

Semoga.

LR

Via: Quartz

Share this :