Sebelum formula yang ditemukan sekarang, kegiatan membuat atau meminum bir adalah sebuah eksplorasi tanpa limitasi. Ada yang membuat bir dari bahan-bahan seperti beri liar, bebungaan bahkan pinus. Sampai akhirnya para pendahulu kita berhasil menemukan primadona bahan dasar baru yakni hops. Tapi pembuatan dengan formula yang seolah sudah dipatenkan oleh banyak penggemarnya ngga berarti keharusan. Sebab sebagian kecil bar yang memasok minuman dengan brand terkenal terkadang juga menjual bir jenis lain. Bir-bir tersebut lebih dikenal sebagai craft beer.
Tapi, apa sih craft beer itu sebenarnya?
Seorang beer geek pasti senang mendengar pertanyaan ini, karena topik ini bakalan membuat mereka menggebu-gebu dengan sejuta fakta seputar bir yang barangkali sudah bosan kamu dengar. Tapi untuk kamu yang malas mendengar jawaban muter-muter, kami bakal merangkum jawaban untuk pertanyaanmu ini.
Craft beer adalah bir yang dibuat dalam skala kecil. Dikatakan kecil karena produksi dan distribusi satu brand craft beer hanya berkisar pada jumlah 6 juta barel dan ngga lebih. Oleh karena jumlahnya tersebut, craft beer biasanya dikonsumsi oleh orang lokal yang tinggal di area distribusi.
Nah, brewery yang membuat craft beer ini bisa saja mendapatkan bantuan dana dari korporat besar. Tapi untuk dikategorikan sebagai craft beer, korporat yang ikut andil mendanai hanya memiliki berkisar kurang dari 25% hak bagian pemilikan brewery.
Untuk cita rasa sendiri, craft beer haruslah memiliki rasa yang berasal dari entah itu cara pembuatan bir tradisional atau bahan-bahan brewing yang inovatif. Bagaimana cara memfermentasikan craft beer ini juga berpengaruh sebab dalam fase tersebutlah, bir mendapatkan cita rasanya.
Ngga heran di luar Indonesia banyak sekali inovasi dari rasa bir yang membuat kita mengerutkan dahi sewaktu membaca bagian deskripsinya. Ya entah itu bir rasa pizza atau bir dengan bahan dasar penis sapi. Tapi bukan berarti semua craft beer itu rasanya ekstrim aneh juga, loh. Banyak juga yang memiliki penggemar setia untuk kenikmatan rasa yang mereka berikan.
Hal ini dikarenakan banyak pembuat bir besar cenderung membuat bir dengan rasa yang bland. Artinya rasa bir tersebut ditargetkan untuk bisa dikonsumsi oleh banyak orang. Korporat-korporat besar ini biasanya memperpanjang umur simpan produk mereka dengan menggunakan filtrasi steril atau proses pasteurisasi. Untuk memangkas biaya produksi, mereka kadang-kadang mengganti jagung atau beras dengan malted barley. Beberapa diantaranya bahkan proses fermentasi dengan menggunakan enzim yang mereka kemudian tambahkan air.
Tapi lagi-lagi perihal masalah rasa kembali ke pribadi masing-masing. Antara craft beer atau brand besar yang kita tahu, manapun pilihanmu nggak pernah ada yang salah. Hanya saja untuk merasa cocok atau nggaknya memang perlu proses penjajakan sendiri. Juga, tetap ingat untuk selalu minum dengan bertanggung jawab.
Semoga bermanfaat!
Sumber : www.huffingtonpost.com, www.drinkpropeller.ca
Image : www.wundergroundmusic.com, www.willdrinkfortravel.com
LR
Copyright Beergembira.com. All rights reserved. 2024.