Mitos-mitos tentang Bir: Busted!
By • Thursday, 9 July 2015

Seni menikmati bir boleh saja bersifat personal. Setiap penikmat memiliki seleranya masing-masing dalam  menentukan saat yang tepat untuk menikmati bir. Seorang anonim pun boleh beranggapan kalau penikmat yang menyajikan bir dengan baik- demi menjaga keautentikan rasa dan aroma bir- pantas disebut paling bersahaja. Bagi para penikmat yang merasa kurang bersahaja akibat rancu membedakan fakta dan mitos yang berseliweran, berikut uraiannya. Jangan lupa bahagia, hal-hal yang subjektif kan tidak harus ditelan bulat-bulat. Smiley face*

Mitos #1: Bir paling nikmat disajikan sedingin mungkin.

bir dingin

Fakta: Cita rasa asli bir muncul jika disajikan pada suhu hangat.

Kebanyakan orang memang lebih senang menikmati bir dingin. Sebenarnya, segala usahamu untuk mendinginkan bir-dengan ice frosted mug misalnya- justru malah menghilangkan aroma asli dari bir itu sendiri. Suhu paling tepat untuk menikmati bir adalah sekitar 46-500 F. Karena pada umumnya, bir yang baru diproduksi bersuhu 38-420 F, kamu dapat menaikan suhunya dengan meletakan tangan pada gelas/botol bir selama 2 menit. Nah, dengan begitu kamu telah menikmati cita rasa bir yang sebenarnya, bukan efek kesegaran dari minuman dingin.

Mitos #2: Minum bir yang disajikan di dalam botol lebih nikmat daripada di dalam kaleng.

bottle vs can

Fakta: Kaleng justru menjaga kesegaran sebuah bir.

Dua masalah utama menyimpan bir di dalam botol adalah oksidasi dan pencahayaan. Pun, proses membotolkan bir ternyata dianggap sebagai proses yang paling membosankan oleh para home-brewers. Kemungkinan terburuk saat menikmati bir di dalam botol adalah perubahan rasa dan aroma birmu. Proses oksidasi akan mengubah cita rasa bir seperti kardus, sedangkan cahaya yang masuk melalui botol akan membuat aroma birmu menjadi tidak sedap. Lalu, jenis botol juga mempengaruhi aroma dan rasa bir. Botol terburuk yang digunakan untuk menyimpan bir adalah jenis botol kaca bening- seperti Corona. Sementara, cara terbaik untuk menjauhkan birmu dari oksigen dan cahaya adalah menyegelnya dengan kaleng alumunium. Kalau kamu ngotot tidak mau menenggak bir dari kaleng- Ok.Fine.- tuang saja birmu ke dalam gelas. Sesungguhnya, itulah cara paling nyesss untuk menikmati bir.

Mitos #3: Bir yang disajikan dari dalam keg lebih nikmat daripada bir di dalam botol.

draught beer

Fakta: Tergantung di bar mana kamu minum.

Apabila draft lines-wadah untuk menyalurkan bir dari keg ke gelas- cukup steril, maka bir yang kamu tenggak akan terjaga kesegarannya. Jika draft line tidak dirawat dengan baik, bir di dalam keg akan terpolusi oleh bakteri-bakteri pecinta bir. Mikroba-mikroba yang tidak kasat mata itu tentu akan merusak rasa dan aroma birmu. Kemungkinan rasanya jadi terlalu asam jika birmu terpolusi bakteri. Kesimpulannya, bila kamu menginjak lantai bar yang berserakan kulit kacang, akan lebih bijaksana jika kamu memesan sekaleng atau sebotol bir- ya daripada membiarkan para bakteri berpesta pora di dalam sistem pencernaanmu. Ewh!

Mitos #4: Bir hitam kandungan alkoholnya lebih keras daripada bir biasa.

bir hitamm

Fakta: Warna tidak menentukan kandungan alkohol pada bir.

Guinness, merek bir hitam yang paling laris hanya memiliki ABV 4.2%. Kandungan alkohol pada bir hitam itu malah lebih rendah bila dibandingkan dengan non-bir hitam, Budweiser. Tapi karena Guinness merupakan bir hitam, kebanyakan orang menganggap bahwa bir hitam lebih kuat. Padahal mah, warna dari bir sama sekali tidak mempengaruhi kandungan alkohol dalam setiap tetesnya.

Mitos #5: Wine adalah minuman alkohol yang paling sehat.

wine and beer

Fakta: Wine sebenarnya tidak lebih sehat daripada bir.

Ketika orang membicarakan manfaat sehat dari wine, kebanyakan dari mereka membahas soal polyphenol, yang disebut resveratrol– substansi yang baik untuk kesehatan jantungmu. Menurut penulis buku Beer: Health and Nutrition, Bamforth, kandungan polyphenol yang terdapat pada wine sama banyaknya dengan yang ada di dalam bir. Untuk membuktikan hal itu, Bamforth melakukan uji coba tes anti-oksidan dan hasilnya bir malah memberikan sejumlah manfaat yang tak terduga. Bir menang telak dari wine dalam tes antioksidan yang menampilkan stimulasi oksidasi lemak. Sorry, wine snobs.

Mitos #6: Bir membuat perut buncit.

beer belly

Fakta: There’s no such thing as beer belly.

Bir jika tidak diminum secara berlebihan, tidak akan membuat perutmu buncit. Tambahan kalori yang terkandung di dalam bir tidak perlu dikhawatirkan karena tidak berperan dalam kenaikan berat badanmu. Don’t be worry, belly.

Selamat menikmati bir. Semoga makin bersahaja.

Via: Menshealth

MM

Share this :