Asahi Super Dry: Sebuah Cerita Sukses Bir Dari Negeri Matahari
By • Wednesday, 4 December 2019
Tags : / / /

Awal Mula

Alkisah pada tahun 1889 sekumpulan pengusaha memutuskan untuk membuat  sebuah perusahaan bir di Jepang. Diantara mereka adalah Komakichi Torii, sang perintis awal perusahaan bir Osaka. Perusahaan tersebut merupakan cikal bakal dari Asahi Breweries, yaitu The Osaka Beer Company.

Perusahaan itu dibuat dengan niat untuk menciptakan bir berkualitas dunia dari Jepang. Mereka menjadi garda depan dan memulai manufaktur bir modern pertama di Jepang, Suita-Mura Brewery pada tahun 1891. Bir Asahi menjadi karya pertama yang diluncurkan tahun itu.

Dengan mengadopsi teknik racikan dari Jerman, mereka menghasilkan produk bir yang kental bercirikan bir Eropa dan dengan mudah memenangkan pasar hingga memuncaki rekor penjualan pada tahun 1903 di Jepang.

Sempat tersendat karena pecahnya perang dunia kedua, kondisi industri brewery di Jepang kembali membaik segera setelah konflik tersebut berakhir. Berkah dari tangan dingin presiden perusahaan yang pertama, Tamesaburo Yamamoto menamai ulang perusahaan Asahi pada tahun 1949 dan membakar semangat para pekerjanya untuk menempatkan diri sebagai produsen bir teratas.

Pada tahun 1892, Asahi Draft menjadi racikan asli mereka yang pertama hingga diluncurkan sebagai Asahi Gold di tahun 1957.

Produk itu menjadi ciri khas perusahaan hingga penghujung 80’an, sebelum akhirnya mereka merasa harus melakukan sesuatu yang baru.

Revolusi Rasa

Sebuah revolusi rasa akan terjadi, para pimpinan merasa ragu hingga menit-menit terakhir sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk memperkenalkan inovasi terbaru mereka, Asahi Super Dry.

Akankah masyarakat Jepang mau mencoba sesuatu yang baru? Keraguan ini terhapus setelah sebuah hasil riset yang mereka lakukan menyatakan bahwa masyarakat ternyata menginginkan sesuatu yang berbeda. Hasil riset market melihat bahwa masyarakat ternyata menginginkan rasa yang segar dan jernih serta bir yang dapat dipadukan dengan berbagai macam makanan.

Asahi Super Dry menghadapi keraguan dari dalam perusahaan ketika diluncurkan pada bulan Maret 1987.

Asahi Super Dry digambarkan sebagai bir dengan rasa yang segar dan kering, mengingatkan pada rasa bir dari Jerman Utara. Perusahaan mengklaim berhasil mengubah lansekap industri bir dalam negeri dengan strategi pemasaran yang berani (termasuk menggunakan perempuan menarik yang membagikan sampel produk secara gratis di jalan-jalan protokol area kota besar).

Klaim itu terbukti, Asahi Super Dry menjadi bir dengan penjualan terbaik pada tahun 1997. Lebih dari 100 juta kerat bir berhasil terjual setiap tahun selama seperempat abad, dengan jumlah kerat yang dikirimkan ke luar negeri mencapai lebih dari 3.4 milyar.

Rahasia Kesuksesan

Menurut penuturan Takuo Soga, juru bicara Asahi Group Holding, rahasia dari kesuksesan perusahaan adalah hasil akhir produk yang berkualitas dengan inovasi terbaik. Sebagai contoh, Asahi Super Dry diproduksi degan jenis ragi yang diplih dengan sangat hati-hati, sehingga menghasilkan fermentasi yang di atas rata-rata, ditambah aroma yang sedap dan rasa yang menyegarkan.

Jelas malt yang digunakan berasal dari jejaring pemasok gandum eksklusif di berbagai belahan dunia untuk memastikan kualitas yang sama terus menerus. Sementara proses pembuatan bir (8 manufaktur yang tersebar di Jepang) menggunakan teknologi inovatif untuk mendorong dan menjaga kualitas produk final dan mencegah penurunan mutu seiring waktu.

Kemasan perak yang digunakan oleh Asahi Super Dry dirancang untuk memikat indra perasa konsumen secara bawah sadar. Menekankan pesan bahwa rasa yang dingin dan segar itu terasa ketika dipertemukan dengan produk lainnya di tempat-tempat penjualan.

 

Langkah Menuju Yang Terdepan

Peluncuran Asahi Super Dry mengubah bisnis perusahaan dan membuat mereka mampu melampaui pesaing mereka saat itu, Kirin Brewery Co. Kemajuan itu memberikan mereka kekuatan fnansial yang diperlukan untuk melakukan ekspansi bisnis, baik di dalam maupun luar negeri.

Kini mereka memproduksi Asahi Stout, Asahi Super Dry Black dan Dry Premium Hojo yang berciri Pilsener. Pada tahun 2001 mereka juga merilis bir “happoshu” yang mengandung 67 persen malt, sehingga memungkinkan untuk dijual dengan harga lebih ekonomis.

Pada tahun 2008 mereka meluncurkan Clear Asahi sebagai bir jenis baru yang mengandung kurang dari 50 persen malt. Produk tersebut dijajarkan bersama di tempat-tempat pembelian oleh Asahi Gokujo Kireaji, yang juga memperkenalkan produk bir non alkohol dan non kalori  bernama Asahi Dry Zero.

 

Gerak Perluasan Pasar

Perluasan pasar internasional dipandang sangat penting bagi masa depan perusahaan, untuk mengantisipasi isu dalam negeri pada tahun-tahun yang akan datang. Menurunnya angka populasi dan melemahnya daya beli turut serta memperkecil pasar bir di Jepang. Kehadiran bir impor, wine dan beragam minuman lainnya juga memberatkan posisi pelaku bisnis lokal.

Namun mereka sangat yakin pada Asahi Super Dry yang masih mengungguli merk-merk pesaing dalam hal angka penjualan. Mereka percaya komitmen pada kualitas dan rasa adalah kunci yang membuat penukmat loyal tidak akan berpihdah pada merk lain.

Pada tahun 1990, Asahi memperoleh 19.9 persen saham dari Elders IXL, raksasa bir dari Australia yang kemudian menjadi Foster’s Group namun dijual kemudian pada SABMiller. Di awal 2009, Asahi membeli 19.9 persen saham dari perusahaan pembuat bir asal negeri Cina, Tsingtao, menjadikan mereka pemilik saham terbesar kedua di perusahaan tersebut, hanya bersaing dengan Tsingtao Brewery Group secara langsung. Saham tersebut kemudian dijual pada tahun 2017 untuk keuntungan sebesar 270 juta US Dollar.

Ekspansi yang mereka lakukan semakin besar, dengan melakukan akuisisi pada sejumlah perusahaan minuman ringan termasuk unit Schweppes dari Australia dan divisi jus dan air minum dari P&N Beverages di Australia. Mereka pun dengan cepat membeli Independent Liquor di New zealand pada tahun 2011 dan memperbesar ekpansi disana 2 tahun kemudian dengan membeli perusahaan retail MILL Liquorsave.

Pada tahun 2013, Asahi membeli merk dan aset dari perusahaan pembuat bir asal Australia, Cricketers Army, diikuti dengan pembelian Mountain Goat Brewery pada tahun 2015.

Belum lama ini, grup Asahi juga telah melakukan ekspansi di pasar Eropa, membeli sejumlah perusahaan pembuat bir sejak tahun 2016. Diantaranya adalah Peroni Nastro Auro dari Italia dan Pilsner Urquell dari Republik Ceko. Hal ini mereka lakukan untuk meningkatkan total penjualan dan meningkatkan nilai perusahaan di pasar Eropa.

Tercatat 11.28 juta kerat Asahi Super Dry telah terjual di pasar internasional pada tahun 2018, peningkatan sebesar 4 persen dari tahun sebelumnya. Mereka telah menargetkan peningkatan penjualan sebesar 10 persen setiap tahun hingga 2021.

 

Sumber: https://www.scmp.com

 

 

Share this :