Sudah semestinya setelah berada di dasar laut selama hampir 220 tahun, sebuah bir tidak bisa diminum. Namun ternyata, bir tersebut dapat dibangkitkan kembali.
Pada tahun 1797, sebuah kapal dagang terdapar di sebuah pulau kecil berlokasi di selat Bass, Australia. Ekspedisi pada tahun 1990 menjarah beberapa muatan kapal tersebut, termasuk satu peti bir yang ajaibnya tersimpan secara baik sebab tertimbun di pasir dasar laut. Pasir dasar laut yang menimbun bir-bir tersebut menutup rapat-rapat bir sehingga tidak ada oksigen yang berhasil masuk ke dalamnya, kata seorang ahli arkeologi laut Mike Nash yang menemukan bir vintage itu.
Hasil jarahan kapal itu dikirim untuk dipajang di musium Queen Victoria. Namun botol-botol bir tersebut berakhir disimpan di area penyimpanan musium. Semua botol bir yang selamat tersimpan selama beberapa tahun sampai akhirnya seorang ahli kimia dan konservator musium, David Turrowgood, menemukan mereka dan menemukan bahwa botol-botol tersebut masih berisi sedikit cairan bir.
Thurrowgood memiliki sebuah gagasan yang melibatkan bahan-bahan pembuatan yang tepat dari bir di dalam botol-botol itu, ia mampu membangkitkan kembali satu kepingan sejarah. Thurrow berpendapat dengan melakukan hal demikian, ini berarti kemungkinan untuk mengakses bir paling tua di dunia dapat tercapai. Ia juga cukup percaya diri dapat membudidayakan ragi serta membuat kembali bir yang telah musnah dari muka bumi selama 220 tahun.
Menanggapi antusiasme Thurrowgood, banyak pendapat skeptis yang muncul dari banyak ahli bir. Banyak ahli bir berpendapat ragi tidak bertahan lebih lama daripada satu abad atau bahkan 22 abad lamanya. Anthony Borneman yang merupakan spesialis ragi dari Australian Wine Research Institute adalah salah suara yang turut melontarkan ketidaksetujuannya dengan visi Thurrowgood. Meskipun begitu, rasa penasaran mampu membuat Borneman bekerja extra hati-hati dalam mengekestrak cairan dari botol dan mengetes vitalitas dari raginya. Hasilnya sangat mengejutkan. Ragi yang berasal dari dua sample ternyata hidup. Adalah Brettanomyces – sejenis ragi yang sering terdapat pada bir yang dibuat zaman dulu – beserta jenis ragi yang lebih modern, Saccharomyces, yang berhasil hidup.
Perdebatan mengenai apakah ragi yang mereka temukan dari proses mengekstrak cairan bir dalam botol tersebut benar-benar berusia 220 tahun masih saja berlanjut. Ada seorang peneliti yang mengatakan bahwa ragi tersebut bisa jadi merupakan hasil dari kontaminasi. Yang manapun pendapatnya, kelihatannya baik Bornman dan Thurrowgood berpikir bahwa mereka telah berhasil. Thurrowgood bahkan telah membuat sebuah English ale menggunakan ragi bir tersebut.
LR
Via : Food and Wine
Copyright Beergembira.com. All rights reserved. 2024.