Beer Trip: Mencicipi Bir Asli Kamboja
By • Monday, 16 March 2015

Bulan Desember tahun lalu, saya mendapatkan undangan untuk main di Phnom Penh, Kamboja. Sebuah kabar menggembirakan yang sudah pasti tidak mungkin saya tolak. Lumayan lah, anggap saja kerja sekaligus plesiran di negara yang belum pernah saya kunjungi.

Kunjungan ke Kamboja ini, selain untuk nge-DJ dan berwisata heritage ke Tuol Sleng Genocide Museum, tempat rezim Pol Pot membantai 7.000 warga Khmer dalam kurun waktu 1975 hingga 1979, saya manfaatkan untuk berburu sekaligus mencicipi bir khas Kamboja. Sudah menjadi kebiasaan saya untuk mencoba bir khas dari negara atau kota yang saya kunjungi.

kamboja_3

Phnom Penh, tempat saya main selama di Kamboja, adalah sebuah kota yang kedudukannya setingkat dengan kabupaten. Ketika pertama kali menginjakkan kaki di sana, Phnom Penh mengingatkan saya akan daerah Kota/Gajah Mada di Jakarta, di mana gedung-gedung dengan arsitektur tua masih mendominasi pusat kota.

kamboja_1

Meski belum lama merdeka dari perang saudara, lantas tidak membuat surut budaya night life dari negara yang pernah dijuluki “Hell On Earth” ini. Secara mengejutkan, buat saya, Phnom Penh ternyata boleh dibilang maju untuk industri hiburan malam dan bar scene-nya. Ada suatu lokasi yang namanya River Side. Letaknya memang persis di sisi sungai Mekong. Di River Side ini banyak tersebar restoran-restoran dan bar-bar dengan pemandangan menghadap langsung ke sungai Mekong. Di salah satu bar di River Side ini, saya berkesempatan untuk mencicipi bir khas dari Kamboja.

Kamboja memiliki beberapa jenis bir lokal dari berbagai merk. Yang cukup populer di sana adalah Angkor Beer, Phnom Penh Beer, Cambodia Beer, dan Black Panther Beer (stout) yang masih satu brewery dengan Angkor Beer. Ketika saya hendak memesan bir, bartender di bar tersebut merekomendasikan saya untuk mencoba Angkor Beer. Angkor Beer ini adalah bir jenis lager dengan kadar alkohol 5%. Rasanya cukup ringan dan memiliki after taste yang hoppy-mild bitterness, namun terasa pas di kerongkongan. Lalu iseng-iseng saya mencoba Cambodia Beer sebagai perbandingan. Sedikit agak flat memang. But a beer is still a beer untuk saya. Selama tidak ada complain di mulut dan kerongkongan, sikat!

cambodia

angkor_2

Sebagai salah satu pemuja stout, tentu haram hukumnya bagi saya jika tidak mencicipi stout khas Kamboja. Pilihan saya jatuh ke Angkor Extra Stout. Mengandung alkohol 8%, sedikit di atas Angkor yang lager tentunya, bir hitam otentik khas Kamboja ini memiliki rasa kopi bercampur cokelat yang lumayan kuat. Sedikit berbeda dengan Guiness yang memiliki foam berwarna kecokelatan, Angkor Extra Stout justru memiliki busa yang cenderung agak sedikit berwarna putih.

Jangka waktu selama 3 hari dan 2 malam terasa kurang bagi saya untuk mengeksplor semua bir lokal yang ada di Kamboja. Masih ada Kingdom Dunkel dan beberapa bir lokal lainnya yang terlihat menggoda namun tidak sempat dicicipi. Well, mungkin di lain waktu. Cheers!

Share this :