Mendapatkan kesempatan mengunjungi sebuah bräuhaus di tengah kota Jakarta, tentu saja tak akan kami sia-siakan. Bräuhaus, adalah istilah dalam bahasa Jerman untuk brew house – tempat memproduksi bir. Jadi, beberapa waktu silam, di sebuah pagi di hari yang cerah cenderung terik, Beergembira pun mengunjungi Paulaner Bräuhaus yang terletak di basement sebuah gedung pertokoan di pusat kota.
Disambut oleh Arie Susanto, the brew master, saya dan Mama Beer lantas diajak terlebih dahulu memasuki ruangan penyimpanan bahan baku. Diperkenalkan dengan beberapa bahan utamanya, saya sempat menyicipi beberapa jenis malt (pilsener, munchen, carafa) dan juga barley. Pula menyicip hops yang sudah dibentuk pellet. Sudah diperingatkan oleh Arie sebelumnya bahwa hops ini rasanya pahit, toh saya tetap kekeuh memasukannya ke mulut. Benar saja; memang pahit. Tapi justru dari menyicip berbagai bahan bakunya ini, saya jadi memahami dari mana spektrum rasa tertentu dalam bir bisa terjadi.
Ruangan berikutnya adalah di mana Paulaner memasak barley dengan malt dalam air, yang mana temperaturnya dinaikkan secara konsisten sehingga enzim starch-nya akan berubah menjadi gula. Nah, lagi-lagi, saya menodong Arie untuk bisa menyicipi cairan panas yang belum mengandung alkohol ini. “Dari sekian banyak orang yang ke sini, baru kali ini ada yang pengen nyobain ini,” ujar si brew master sambil tetap mengambilkan segelas wort yang menurutnya juga bermanfaat jika diminum dalam kondisi kurang fit. Ternyata rasa wort ini lezat; antara legit dengan wangi aroma khas malt, namun sekaligus mirip teh! Unik.
Dari situ, wort yang didinginkan hingga sekitar 8 derajat celsius, ditambahkan yeast yang kemudian akan mengonversi gula menjadi alkohol serta karbon dioksida. Proses fermentasi ini memakan waktu yang berbeda-beda tergantung jenis bir, tapi pada umumnya tak kurang dari 7 hari. Lantas, bir akan didinginkan kembali hingga titik beku. Proses yang dinamakan maturasi ini berfungsi mengeluarkan rasa dan mengendapkan yeast hingga bir menjadi lebih jernih. Paulaner tidak menambahkan proses filterasi agar bir yang dihasilkan bisa tetap fresh lebih lama. “Coba lihat saja, sepanjang kamu minum bir kami nanti, buih dari dasar gelas akan terus jalan ke atas dari awal sampai habis. Itu tandanya bir kami fresh!” ujar Arie.
Menyenangkan sekali berkesempatan mengunjungi Paulaner Bräuhaus ini. Jadi memang ternyata tiap brewery memiliki ciri khasnya sendiri-sendiri. Sehingga walaupun pada dasarnya proses pembuatannya sama, hasil akhirnya akan berbeda-beda. Unik! Nantikan perjalanan kami ke brewery lainnya ya!
Copyright Beergembira.com. All rights reserved. 2024.