Beerchat Bersama Megan Stone: Peracik Cantik Asal San Diego
By • Thursday, 30 April 2020

Dunia bir bukan hanya milik pria, dan kehadiran Megan Stone merupakan salah satu indikasi tentang keberagaman  yang seharusnya terus disebarkan dalam industri minuman tercinta ini. Meet our new friend from San Diego: Megan Stone.

Megan Stone bukan hanya seorang pembuat dan peracik bir, she’s more than that. Berawal dari keinginannya untuk menekuni dunia tata rias, hidup justru menunjukkan jalannya untuk memasuki industri bir. Megan yang juga dikenal sebagai penulis dan ikon kecantikan pun tidak hanya meniti karir bagi dirinya sendiri, namun ikut membuka jalan bagi kesetaraan jender di dunia industri.

Pengalamannya bekerja di industri bir juga berbuah kolaborasi bersama Laine Brew Company untuk mendorong keberagaman dan membantu mereka yang berniat untuk memulai karir sebagai brewer. Penasaran seperti apa cerita Megan? Open up that beer and let her story takes you away….

 

Beergembira : Apa kisah yang menuntunmu menjadi pembuat bir? 

Namaku Megan dan aku seorang pembuat bir, konsultan, praktisi pemasaran, pembicara, dan advokat untuk keberagaman dan inklusivitas di industri bir. Aku sudah bergelut di industri ini selama lima tahun dan bekerja di area East Coast & West Coast. Sekarang aku tinggal di San Diego, California, dan bekerja untuk Societe Brewing Company. Aku sudah membuat bir secara kolaboratif di seluruh dunia, termasuk Panama dan Inggris, dan berharap bisa terus bepergian dan belajar tentang budaya bir di seluruh dunia, sambil berbagi pengalaman.

Awalnya aku ingin bekerja sebagai penata rambut dan tata rias untuk industri film. Mantan pasanganku bekerja di militer dan kami harus pindah ke Delaware. Tidak ada skena film di sana, jadi hancurlah impianku untuk menjadi penata rias khusus spesial efek. 

Aku akhirnya bekerja di Dogfish Head, di mana hasratku terhadap bir kriya berubah menjadi obsesi. Setelah tur orientasi pembuatan bir, aku memutuskan untuk membuat bir. Aku menghabiskan seluruh waktuku untuk membaca buku, belajar cara membuat bir di rumah, dan akhirnya menyeduh bir pertamaku dengan beberapa rekan kerja dalam sebuah kompetisi di Dogfish. 

Aku mendapat kesempatan magang di tempat pembuatan bir lokal kecil bernama Mispillion River. Sayangnya, baru beberapa bulan magang, pihak militer memindahkan kami lagi. Kami berakhir di California Selatan di mana aku mulai belajar cara membuat bir di Refuge Brewery (mereka juga memiliki Ss BrewTech). 

Dari sana aku pergi ke Mikkeller, lalu Modern Times. Tahun lalu aku mengunjungi Panama untuk berkonsultasi dan membuat bir kolaboratif dengan Boquete Brewing Company. Selama musim panas aku berkendara lintas negara dan menghabiskan 4 bulan, sebagai konsultan untuk DuClaw Brewing Co. 

Pada bulan November aku menghabiskan 3 minggu di Inggris untuk membuat berbagai bir kolaboratif dengan Laine Brew Co. Mengadakan acara termasuk diskusi panel, dan membantu meluncurkan program magang untuk mendorong orang-orang yang tidak terwakili dalam industri bir untuk menjadi bagian industri. Sekarang aku kembali ke San Diego dan bekerja untuk Societe Brewing Company.

Beergembira: Mengapa memilih bir, dan apakah kamu pernah dilatih secara formal tentang pembuatan bir?

Aku cinta bir dan pembuatan bir karena banyak hal. Seperti kreativitas, sains, pemecahan masalah dan bekerja dengan tangan sendiri. Ini adalah industri di mana aku tidak pernah berhenti belajar, dimanapun posisiku saat ini. Aku suka bertemu orang lain yang memiliki gairah yang sama tentang bir, dan mengobrol sambil minum bir. Aku tidak pernah mengikuti pelatihan formal dalam pembuatan bir. Semua yang kupelajari sudah ada di dalam pekerjaannya, atau melalui penelitian sendiri (buku, podcast, artikel, dll).

 

Beergembira:  Buat mereka yang awam, bagaimana kamu menggambarkan rutinitas harian seorang pembuat bir?

Sulit untuk menggambarkan tentang rutinitas sehari-hari. Semua pabrik berbeda, dan hari-hari setiap orang bisa bervariasi juga. 

Dalam satu hari biasanya mungkin membuat bir, menyelesaikan beberapa tugas di ruang bawah tanah seperti mengeringkan hop, memindahkan, pembacaan tangki, dll. 

Biasanya ada proses sensorik harian – apakah itu selama fermentasi, atau pengemasan bir. Kamu bisa menyiapkan bahan untuk hari pembuatan bir yang akan datang dan bahkan membantu jalur pengalengan. Hari biasanya terasa panjang dan sibuk. Banyak pekerjaan yang sifatnya pembersihan dan kerja fisik.

 

Beergembira:  Pernahkah kamu mengalami batch yang buruk?

Di awal karirku sebagai pembuat bir, pembuat bir sebelum aku membiarkan katup air terbuka. Ketika memulai proses resirkulasi, aku membuka jalur untuk katup air terbuka itu, yang memungkinkannya masuk ke dalam tong besar.

Aku tidak menyadarinya sampai akhirnya kembali lagi (aku pergi untuk membersihkan fermentor). Tidak ada cara untuk mengetahui berapa banyak air yang telah kutambahkan, ternyata aku telah menurunkan temperaturnya secara signifikan.

Sayangnya kami harus membuang batch itu. Tapi aku tidak pernah melakukannya lagi, dan itu mengubahku menjadi triple checker ketika harus membuka/menutup katup. Kamu harus belajar dari kesalahanmu, kalau tidak kesalahan itu tidak ada artinya.

 

Beergembira: Sudahkah kamu bepergian ke wilayah Asia untuk melihat budaya bir lain? 

Aku belum bepergian ke mana pun di Asia. Aku meninggalkan Amerika untuk pertama kalinya tahun lalu. Aku menikmati waktu yang fantastis di setiap kota yang aku kunjungi, dan benar-benar menikmati belajar tentang bagaimana budaya minum dan tren bir itu berbeda di berbagai belahan dunia.

 

Beergembira: Sejauh ini, apa yang pernah kamu dengar tentang skena bir kriya di Indonesia?

Jujur belum banyak mendengar, aku hanya membaca beberapa artikel di sana-sini. Aku akan sangat senang jika ada kesempatan untuk berkunjung suatu hari dan bertemu pembuat bir di Indonesia dan menemui skena bir kriya di sana.

 

Beergembira: Apa bir paling eksperimental yang pernah kamu coba?

Itu sulit dikatakan. Sebagian besar waktuku mengejar pilsner atau bir paling aneh yang ada di menu. Aku tidak bisa memikirkan yang “paling” eksperimental, tetapi ada beberapa yang berkesan dan masih ingat seperti .. Hoo Lawd oleh Dogfish Head (bir paling pahit yang pernah saya rasakan dalam hidup saya), bir yang terbuat dari kopi dan tanaman umbi  yang dibuat oleh sahabatku Roy di Mikkeller. Aku pernah mencoba Flanders merah dengan tomat ketika berada di Inggris yang ternyata cukup parah hahaha

Beergembira: Apakah kamu tertarik dengan kemungkinan berkolaborasi bersama pembuat bir Indonesia?

Sangat mungkin. Aku tidak akan segan menyambar kesempatan untuk berkolaborasi dan belajar dari orang lain dan sebaliknya.

 

Beergembira: Apa style bir favorit kamu dan di mana bir kriya terbaik yang pernah kamu coba?

Style favoritku selalu berubah, tetapi saat ini aku lagi suka banyak pilsners, grisette, dan West Coast Session IPA.  Perlahan mulai kembali menikmati Stouts. Aku tidak bisa menyebutkan bir kriya terbaik yang pernah kucoba – Aku sudah menikmati begitu banyak bir yang luar biasa.

 

Beergembira: Apa pelajaran terbesar yang kamu dapatkan selama berkarir hingga sejauh ini?

Ini adalah pertanyaan yang sulit dijawab, tetapi memeriksa katup sampai tiga kali mungkin sudah termasuk disitu juga, haha.

Beergembira:  Apakah kamu punya saran untuk pembuat bir di Indonesia?

Baca dan pelajari semua yang kamu bisa, dan jangan pernah berhenti belajar. Bepergian ke luar negeri dan nikmati skena bir kriya lainnya – kalau memungkinkan. Tetap terbuka dan menerima akan gaya, bahan, pengalaman , dan orang-orang baru di dunia bir.

 

Share this :