Bir Ini Jadi Idaman Para Penikmat Bir di Arab Saudi!
By • Tuesday, 30 October 2018
Tags : / /

Beberapa dari kita berasumsi jika bir tidak familiar di daerah Timur Tengah atau bahkan Arab Saudi. Padahal jika ingin balik kepada sejarah penemuan bir, ide awal dari pembuatan bir dicetuskan pertama kali oleh bangsa Sumeria, atau yang sekarang disebut dengan Irak. Bangsa tersebut juga yang akhirnya melakukan migrasi ke daratan Eropa dan mulai menyebarkan resep minuman berwarna keemasan ini hingga akhirnya dapat dinikmati hampir di seluruh dunia.

Nah, salah satu negara Timur Tengah, Arab Saudi pun memiliki bir berkonten 0.5 ABV yang banyak disesap oleh penikmat bir di sana. Barbican namanya, minuman fermentasi malt ini pertama kali diproduksi oleh Bass Brewery yang berasal dari Britania Raya, dan barulah mulai diimpor ke Arab Saudi oleh Aujan Industries, perusahaan importir yang berasal dari negara pengekspor minyak terbesar di dunia ini.


Aujan Industries telah mulai mengimport Barbican hampir ke seluruh Timur Tengah sejak 1983. Barbican adalah minuman fermentasi malt pertama yang dijual di Timur Tengah. Adanya perubahan manufaktur di sekitar tahun 1999 sempat membuat persediaan bir ini agak terganggu dan hilang-tenggelam.

Namun, ketika Aujan mengakuisisi penuh Barbican pada tahun 2010 dan mulai memproduksinya melalui brewery di kota Dubai, bir ini seperti lahir kembali dan membawa wajah baru sebagai minuman kalangan muda di Arab Saudi.

Barbican tersedia dalam beberapa rasa seperti malt, persik raspberry, strawberry, anggur, nanas dan berbagai macam rasa buah lainnya. Soal cita rasa, Barbican memiliki rasa malty yang ringan, crisp dan dry ketika disesap. Sangat easy to drink namun tidak kehilangan esensi rasa bir sendiri.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Dawid Ćwik (@_czeczen_) on

Di balik cerita dari industri bir konvensional, jauh-jauh hari Timur Tengah pun sudah mulai memasuki skena micro-brewery melalui Taybeh Brewery yang didirikan oleh dua tokoh perintis – David dan Nadim Khoury yang diperjualkan dari pintu ke-pintu pada awal produksinya di tanah Palestina. Serta ada pula budaya dari kaum sekularis Turki yang tidak mempermasalahkan menikmati bir di bulan Ramadan.

Walaupun tetap ada beberapa kaum konservatif Timur Tengah yang tidak merestui industri bir menjadi sangat besar di tanah Timur Tengah. Namun pada akhirnya keputusan menikmati bir atau tidak akan kembali lagi pada pilihan dan tanggung jawab pada setiap individu masing-masing. Betul bukan?

SC

Via: TheWordOfGord

Share this :