Kota Taybeh dan Budaya Bir di Timur Tengah
By • Thursday, 14 January 2016

Sejatinya kita akan berasumsi kalau beer scene tidaklah eksis di negara-negara timur tengah. Namun stereotip semacam itu akan berubah jika kalian mengenal kota Taybeh yang terletak di tepi barat Palestina. Taybeh yang memiliki arti nama “lezat” dalam bahasa Arab merupakan rumah bagi micro-brewery pertama di Timur Tengah.

taybeh

Mungkin kalian akan berpikir kalau David dan Nadim Khoury, dua tokoh perintis Taybeh Brewery ini kurang waras. Mereka membangun sesuatu yang tidak sesuai dengan budaya Timur Tengah. Terlebih lagi, mereka berharap dapat memperbaiki hubungan yang selalu panas antara Palestina dan Israel. Barangkali bir dingin adalah solusinya.

Nadim adalah seorang pembuat bir rumahan. Semula Nadim dan David menetap di Boston kemudian pindah ke Palestina pada tahun 1995. Pada saat itulah dua bersaudara ini membuka perusahaan bir yang dinamai sesuai dengan nama kota asalnya sendiri; Taybeh. Mereka mulai memproduksi dan menjual bir dari warna terang hingga gelap- amber, golden, white, dark– juga bir non alkohol untuk kaum muslim di sana.

Penduduk Taybeh pun mengira dua bersaudara ini cukup gila dan nekat dengan membuka rumah produksi bir di lingkungan yang jelas-jelas menolak keberadaan alkohol karena alasan agama. Tapi Nadim dan David tidak menghiraukan pendapat orang-orang. Mereka tetap antusias melakukan apa yang mereka sukai; bir. Dua puluh tahun kemudian, perusahaan bir milik Nadim dan David tetap dikenal oleh masyarakat Palestina dan Israel. Bahkan sempat menarik perhatian pasar internasional.

Waktu pertama kali memulai bisnisnya, micro-brewing sama sekali tidak ada di Timur Tengah. Dengan populasi warga yang tidak mengonsumsi alkohol mencapai 98%, Khoury bersaudara menjual birnya dari pintu ke pintu. Kala itu, hampir semua orang menganggap apa yang ditawarkan oleh Nadim dan David adalah hal bodoh. Sebab orang-orang hanya berpikir bahwa bir hanyalah sekedar bir.

Lantas Khoury bersaudara menyisingkan tanganya lagi dengan mengedukasi pekerja, pemilik restoran, bartender– menjelaskan kepada mereka tentang bir, menawarkan mereka untuk mencoba beer tasting, tur keliling brewery, melihat tank-tank bir hingga menyentuh langsung bunga hop yang digunakan untuk membuat bir.

taybeh brewery

Sebelum ada Taybeh Brewery, orang-orang Palestina biasanya mengonsumsi bir-bir macro-brewery seperti Carlsberg, Goldstar, dan Macabee. Mereka lebih mempercayai produk buatan Israel atau luar ketimbang produk-produk lokal. Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk David dan Nadim.

Sementara David dan Nadim masih memasarkan birnya dari pintu-ke-pintu, bir Taybeh disambut baik oleh para turis dan ekspat yang ingin mencicipi citarasa bir lokal. Mereka menjadi sering memesan bir taybeh di restoran. Ketika penduduk lokal Palestina melihat hal itu, mereka pun mulai mengkonsumsi bir yang dibuat oleh David dan Nadim.

taybeh brewing

Ternyata kerja keras Khoury bersaudara membuahkan hasil yang sangat manis. Keberadaan Taybeh brewery menginspirasi munculnya beer movement di Timur Tengah. Kini ada sekitar 10 brewery di Israel, 2 di Libanon, 1 di Jordan dan baru-baru ini muncul 1 lagi di Palestina. Komunitas ini bahkan membuat festival bir Oktoberfest versi Palestina.

Meski begitu, kaum konservatif tidak merestui Taybeh brewery menjadi sangat besar. Mereka tidak ingin budaya bir tumbuh pesat di tanah Timur Tengah. Hambatan ini tidak menghalangi Taybeh brewery untuk tetap berkarya. Mereka beranggapan kalau membuat bir adalah cara paling damai dalam melawan penjajahan yang terjadi di Palestina. Dua Khoury bersaudara itu masih berharap suatu saat nanti mereka dapat merayakan kedamaian dengan segelas bir buatan mereka sendiri.

Via: Eater

MM

 

 

 

Share this :