Inilah Hasil Kajian Tiga Botol Bir Berusia 100 tahun yang Ditemukan di Republik Ceko
By • Friday, 31 March 2017

Para peneliti baru-baru ini menemukan tiga botol bir yang diperkirakan berusia 100 tahun. Tiga bir bertipe lager ini tersimpan dengan sangat baik hingga para peneliti dapat mendeskripikan karakteristik aslinya menggunakan analisa kimia.

Mereka juga mengetes bir tersebut dan mengatakan bahwa bir tersebut beragam dari sulfur yang sangat intens ke asam dan memiliki rasa yang berkisar dari rasa seperti kotoran sampai ke buah-buahan.

Tiga bir bertipe lager tersebut rupanya diproduksi selama era Perang Dunia I dan disimpan dalam sebuah ruang bawah tanah bertemperatur dingin sebuah perusahaan pembaut bir di Zahlinice, Republik Ceko.

Para ahli yang terlibat dalam penelitian tersebut, terletak di Research Institute for Brewing and Malting di Praha, Republik Ceko, memutuskan untuk menganalisa bir demi mendapatkan pengetahuan mengenai proses pembuatan bir di awal abad ke-20 sekaligus perubahan kimia yang terjadi dalam bir setelah sekian lama waktu berlalu.

Demi menganalisa bir, para peneliti mulai mencicipi semua bir tersebut.

Dalam penelitian itu, para peneliti menulis bahwa sebab sedikit volume dari sample bir berusia 100 tahun, analisa sensor dilakukan hanya  oleh lima anggota dari panel sensor mereka. Analisa deskriptif dari rasa dan aroma kemudian langsung dilakukan secepatnya segera setalah membuka botol-botol bir tersebut.

Melanjutkan tahapan ini, mereka melakukan analisa kimia untuk mengenali elemen pembuatannya seperti ekstrak asli, konten alkohol, warna, serta total keasaman.Mereka menggunakan metode yang dinamakan tampilan kromatografi cairan tinggi bersama dengan teknik-tenik lainnya demi membandingkan karakteristik bir tersebut dengan bir modern.

Bir yang berusia 100 tahun itu memiliki konten alkohol yang lebih tinggi dan terasa tidak lebih bapiht daripada bir yang sekarang ini beredar di pasaran. Selain itu, bir dari masa lampau ini mengandung lebih banyak besi, koper, manganese, dan zinc.

Para peneliti juga melakukan analisa DNA bir demi mengenali keberadaan microorganism lain di dalamnya. Bir pertama tampak ‘kurang dapat diterima secara sensor’, menurut para peneliti. Mereka juga menuliskan jika bir tersebut terasa ringan, samar dengan rasa sulfur yang intens dan kotor. Meski DNA ragi tidak terdeteksi, DNA dari bakteri Staphylococcus dan Streptomyces ditemukan dalam bir tersebut.

Bir kedua, kata para peneliti, menyerupai lambic−sebuah bir yang dibuat di area Pajottenland , Belgia. Para peneliti menuliskan jika bir yang kedua memiliki warna gelap, sangat asam dengan madeira dan rasa buah-buahan yang manis. Tidak ada DNA bakteri yang dapat di identifikasi. Alih-alih mereka mendapatkan beberapa tipe ragi di dalamnya.

Bir ketiga merupakan bir dengan warna coklat muda dan mengandung sisa-sisa gelembung karbon dioksida. Sementara bir tersebut memang teroksidasi, dengan rasa manis dan aftertaste mirip rasa kertas yang tipikal, bir ini juga terasa sedikit pahit. Baik dari segi penampilan maupun rasa, bir ini mendekati bir pada umumnya. Bir ini memiliki DNA ragi dan bakteri yang hampir mirip dengan bir zaman sekarang.

Para peneliti mengatakan bahwa perubahan reaksi kimia dalam dua bir pertama diakibatkan oleh kontaminasi microba, sementara bir ketiga secara umum tidak terkontaminasi. Dikatakan oleh tim peneliti, bir ketiga ini memberikan pengetahuan lebih terhadap bir berusia 100 tahun yang mana akibat penyegelan cork yang baik serta barangkali temperatur yang konstan di ruang penyimpanan bawah tanah, telah mengalami proses penuaan yang alami tanpa kontaminasi microba.

Para peneliti menarik kesimpulan dalam hasil penelitian mereka dengan satu abad yang lalu, leluhur kita memproduksi bir dari bahan-bahan mentah yang hampir mirip dengan yang digunakan pada masa ini.

 

LR

Via : Daily Mail

Share this :