Kiprah Bir Dalam Dunia Periklanan Di Indonesia
By • Friday, 20 April 2018

Sejatinya, dalam hidup manusia membutuhkan sebuah eksistensi. Pengakuan. Sebuah hal yang sah-sah saja. Pengakuan bisa saja berlaku untuk diri sendiri atau sebuah benda mati sekalipun. Untuk mendapatkan sebuah pengakuan, tentu dibutuhkan semacam tools, seperti iklan salah satunya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia versi daring, iklan adalah berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan. Nah, bicara soal iklan, apakah di antara teman-teman ada yang menyadari betapa susahnya mencari iklan bir di Indonesia untuk saat ini?

Iklan Java Bier

Oke, kita tarik mundur sebentar ke era tahun 1930-an di mana saat itu bir pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda, dengan mendirikan brewery pertamanya yang terletak di Surabaya. Java Bier, sebagai produk bir pertama yang ada di Indonesia, juga tidak ketinggalan dalam memperkenalkan produknya melalui sebuah iklan. Meski dibuat dengan teknik yang sangat sederhana melalui ilustrasi tangan, iklan dengan gaya penyampaian yang lucu ini mampu mencuri perhatian kalangan banyak di jaman tersebut.

Iklan Ankerpils

Iklan bir lainnya pun mulai bermunculan setelah itu, meski formatnya masih sama dengan iklan-iklan sebelumnya, semua masih berupa iklan yang dicetak. Sebut saja seperti Heineken, Anker, dan Guinness.

 

Iklan Heineken

Iklan Guinness

Maju ke beberapa dekade, masuk di era 90-an, industri periklanan mulai dipandang sebagai suatu alat pemasaran yang cukup efektif bagi sebuah produk. Medianya pun sudah berkembang, tidak lagi berupa cetak atau suara, tapi sudah bertransformasi ke dalam bentuk gambar hidup 3 dimensi. Apalagi di jaman itu, demam tv dekoder sedang marak-maraknya dan semakin membuka peluang untuk industri periklanan.

Majunya industri periklanan ini tentunya juga berpengaruh besar terhadap industri bir di Indonesia. Bagi yang besar di era 90-an, tentu masih segar dalam ingatan iklan Bir Bintang yang kerap wara-wiri di stasiun tv swasta. Beberapa orang bahkan masih hafal dengan penggalan lirik lagu yang ada di iklan tersebut. Mungkin termasuk juga dengan kamu? Ha!

Dari hasil menjelajah di Youtube, kami hanya berhasil menemukan empat iklan bir yang pernah tayang di televisi lokal saat itu, yaitu iklan dari Bir Bintang dan Anker Beer. Semuanya ini pernah tayang di televisi swasta selama kurang lebih satu dekade sampai menjelang tahun 2000.

Yang menjadi keunikan tersendiri dari iklan-iklan bir tersebut, hampir semuanya mengedepankan sosok macho dan citra yang menggambarkan pria sejati. Ya mungkin saja di era tersebut penikmat bir di sini masih didominasi kaum laki-laki. Atau bisa juga penggambaran tersebut untuk menunjukkan sebuah pesan kalau bir itu memang minuman yang diperuntukkan untuk orang dewasa dan tidak boleh untuk dikonsumsi oleh mereka yang masih di bawah umur.

Memasuki era pertengahan tahun 2000, bisnis iklan bir di Indonesia nampaknya harus berhenti saat itu juga. Hal ini dikuatkan dengan dirilisnya Peraturan Menteri Perdagangan nomer 20, pasal 30, tahun 2014 yang isinya berbunyi Importir Terdaftar Minuman Beralkohol (IT-MB), Distributor, Sub Distributor, Penjual Langsung, dan Pengecer dilarang mengiklankan minuman beralkohol dalam media massa apapun.

Kurang jelas juga alasan dirilisnya pasal dalam Permendag tersebut, namun hal ini sepertinya tidak terlalu berimbas besar terhadap penjualan bir di Indonesia, karena hampir seluruh masyarakat di sini sudah mengenal cukup baik produk bir lokal yang ada di pasaran. Tanpa ada iklan pun, image mengenai produk bir lokal sudah cukup tertanam kuat di benak masyarakat Indonesia. Sebagai contoh, jika kita menyebutkan kata “Bintang”, apa yang langsung ada di pikiran kita? Pilihannya cuma ada dua. Bintang sebagai planet atau Bintang sebagai merek bir.

Sascha Stevenson, seorang selebriti Youtube ekspat yang sudah lama tinggal di Indonesia, melalui kanal Youtube-nya, mencoba memberikan sebuah gambaran tentang iklan bir yang ‘sangat Indonesia’. Tentunya dibalut dengan unsur humor. Setuju atau tidak, kurang lebih seperti itu memang kondisinya.

Mungkin jika iklan bir disampaikan dengan cara humor supaya terlihat lebih santai, sepertinya sih masih memungkinkan untuk bisa tayang di televisi. Seperti iklan Heineken di bawah ini.

 

Image via Arsip Perpustakaan Indonesian History, Djadoel AntikIklan Tempo Dulu, dan Iklan Retro Indonesia

 

 

 

Share this :