Membawa Bir Kriya Dari Cina Ke Seluruh Penjuru Dunia
By • Wednesday, 15 January 2020

Cina adalah pasar bir terbesar di dunia, dengan tingkat konsumsi setiap tahunnya mencapai 45.7 juta liter, jumlah ini bahkan 2 kali lebih besar dari Amerika Serikat. Salah satu merk minuman terbesar di Cina, Baijiu, adalah produk bir dengan aroma buah dan menjadi salah satu minuman paling populer, meskipun produksi minuman anggur meningkat dalam beberapa tahun terakhir, bir tetap menjadi minuman rakyat dan jumlah konsumsi rata-rata dari warga Cina berkisar 109 liter tiap tahunnya. Sementara, semua bir yang sebagian besar berjenis Pale Lager adalah produk dari Tsingtao Brewery , CR Snow, Yanjing, dan sejumlah produsen mikro lokal lainnya.

“Produk-produk itu masih mendominasi, dan minuman produsen besar di Cina bahkan lebih murah dari air mineral,” ujar Alex Acker, co-founder dari Jing-A Brewing di Beijing. “Saat ini kita masih kurang dari 1 persen atas jumlah total pasar bir kriya yang ada, jadi ini masih permulaannya. Saya tidak bilang bahwa bir kriya sudah mendekati arus utama disini.”

Bir kriya masih menjadi underdog, namun keinginan warga Cina untuk menikmatinya juga terus meningkat. Pertumbuhan jumlah produsen bir kriya terus meningkat dalam dekade terakhir, termasuk Boxing Cat dari Shanghai dan Great Leap Brewing dari Beijing. Bahkan sebenarnya ketika tingkat penjualan bir menurun, bir kriya terus tumbuh.

“Perubahan yang terjadi di Beijing dalam 20 tahun terakhir sungguh luar biasa, seperti sesuatu yang akan kau saksikan seumur hidup di tempat lainnya,” Ujar Acker. “Banyak pertumbuhan yang begitu cepat bahkan lebih cepat dari yang kita bayangkan, dengan banyaknya produsen bir kriya yang bermunculan setiap tahun, semakin banyak penikmat lokal yang makin menyukai bir kriya, dan ekosistem yang tumbuh di sekitarnya pun muncul dari ketiadaan.”

Pergeseran tersebut juga melibatkan Acker dan sahabatnya sesama produsen bir, Kristian Li. Dua orang ekspat dari Amerika Utara yang sudah tinggal di Cina selama lebih dari satu dekade ketika mereka memutuskan untuk mencoba untuk memulai homebrewing.

Meskipun sudah memiliki pekerjaan tetap dan kekurangan prasarana, pembicaraan tentang mereka sudah tersebar dan apa yang dimulai sebagai sebuah hobi dengan cepat berubah menjadi sesuatu yang lebih serius. Sebelumnya, keduanya mengadakan acara bar pop-up setiap bulan dan berkeliling kota dengan “Keg Egg,” sebuah kedai berjalan dengan dua keran bir yang terlihat seperti muncul dari film-film sci-fi jaman dulu.

“Kami benar-benar membuat bir di dalam apartemen dan dapur milik teman-teman yang membuka usaha, menghasilkan 50 liter Pale Ale dan IPA,” tutur Acker. “Bir produksi kami cukup dikenal pada saat itu, dan kami sangat bersemangat untuk melakukan sesuatu yang kreatif dari tangan sendiri yang bisa dinikmati oleh banyak orang. Jadi kami mulai bermimpi untuk meninggalkan pekerjaan tetap dan sepenuhnya hidup dari membuat bir.”

Setelah mendapat izin untuk menggunakan fasilitas membuat bir di salah satu restoran milik sahabat mereka di tahun 2013, Acker dan Li langsung terjun ke dalam dunia bisnis tanpa menengok lagi ke belakang. Hari ini, Jing-A Brewery telah menjadi pemimpin di komunitas pembuat bir di Beijing. Dengan berkolaborasi bersama banyak produsen lainnya mulai dari Pohjala di Estonia hingga Carakale di Jordan. Acker dan Li telah menyebarkan bir kriya Cina ke seluruh penjuru bumi. Lebih penting lagi, daripada hanya sekedar meniru tren internasional, mereka melangkah lebih jauh untuk menciptakan bir dengan menonjolkan ciri khas lokal.

“Mungkin bagian terbaik dari membuat bir di Cina adalah bermain dengan keragaman bahan baku dari alam yang tersedia disini, banyak dari bahan tersebut yang belum pernah dibuat menjadi bir sebelumnya,” ujar Acker.

Huamei (prem kering), biji merica Sichuan, bunga osmanthus, bunga krisantemum, dan teh oolong hanyalah beberapa dari sekian banyak bahan baku yang pernah mereka gunakan. Salah satu produk bir Jing-A dibuat untuk mengapresiasi makanan Cina, dengan produk unggulan seperti No.17 Orange Chicken IPA, sebuah kolaborasi dengan Collective Art Brewing yang dimasukkan dengan kulit jeruk dan biji merica Sichuan, dan Pai Huanggua, bir timun yang terbuat dari salad mentimun yang dihancurkan. Mereka bahkan membuat IPA yang terinspirasi dari bebek peking dengan nama Duck Rye’der, sebagai hasil kolaborasi dengan Against The Grain Brewery.

“Kami mencampurkannya dengan kayu kurma merah hangus, jenis yang sama yang digunakan untuk memanggang hidangan khas Beijing,” kata Acker. “Kami juga membuat bir dengan mijiu, kultur anggur beras dan qu, agen fermentasi di Baijiu. Keduanya memberikan rasa fermentasi campuran yang tidak biasa ke dalam bir, dan kami telah bereksperimen dengan keduanya baik dengan ketel asam dan bir putih. ”

Mungkin karya terbaik mereka untuk Cina saat ini adalah Mijiaya Neolitihic Ale, sebuah persembahan pada era kerajaan masa lalu. Meskipun proses pembuatan bir modern pertama kali muncul di Cina bersamaan dengan kedatangan imigran Jerman, Ceko, dan Polandia di abad 1800-an, sejarah Cina dengan pembuatan bir membentang lebih jauh ke belakang.

Pada tahun 2006, peneliti dari Shaanxi Provincial Institute of Archaeology mengungkap peralatan pembuatan bir kuno dengan sisa residu berusia 5.000 tahun di sebuah situs penggalian. 9 tahun kemudian, Jing-A Brewing melakukan perjalanan ke lokasi tersebut bersama Moonzen Brewing dari Hong Kong. Bersama, mereka bekerja sama dengan para peneliti dan arkeolog dari Stanford untuk membuat produk yang mirip atau setara dengan temuan yang telah lama hilang disitu.

“Kami mengunjungi para petani yang masih membuat bir dengan cara tradisional untuk mengumpulkan ragi lokal dan membuat bir dengan bahan yang ditemukan dalam hasil analisa kimia, termasuk ketan jagung sapu dan ubi gunung,” kata Acker. “Hasilnya adalah sesuatu yang belum pernah kami temui sebelumnya, bir asam, dengan sedikit rasa funky dari semua bahan fermentasi yang tidak biasa. ”

Setelah bertahun-tahun membagikan bir kriya Cina pada dunia di festival-festival seperti Shelton Brothers dan Oregon Brewing Festival, Acker dan Lin saat ini membawa bir kriya dari berbagai negara ke Cina. Pada tahun 2017, Jing-A Brewing meluncurkan 8×8 Brewing Project, yang bisa dikatakan sebagai kontribusi terbesar mereka untuk sesama pembuat bir saat ini.

“Kami selalu mengapresiasi festival bir yang mengundang kami, jadi kami memutuskan bahwa sudah saatnya untuk memberikan sesuatu dan membuat festival kami sendiri,” ujar Acker. “Kami tidak ingin melakukan festival bir yang biasa, maka kami ingin mewujudkan 8×8, yang setara dengan projek membuat bir antar budaya dan festival bir.”

Berbeda dengan festival biasanya, 8×8 Brewing Project juga mengedepankan kreasi seperti halnya konsumsi. Setiap tahun, 8 pembuat bir dari Cina bergabung dengan 8 pembuat bir terpilih dari area tertentu untuk menciptakan kolaborasi yang liar. Tahun lalu, Thin Man dan YUN Brew membuat Nu York Shizandra Berry Gose, dibuat dari buah beri langka yang hanya bisa ditemukan di provinsi Yunnan, sementara tahun sebelumnya To Øl dan Young Master menciptakan Foliage / Løv, sebuah IPA dengan rasa aprikot yang samar.

“Kami berharap 8×8 dapat menjembatani bir kriya Cina dengan seluruh dunia,” tutur Acker. “Sangat banyak yang harus dilakukan untuk mewujudkannya, tapi sudah selayaknya, baik untuk paparan yang akan didapatkan untuk peracik asing di Cina, dan keuntungan yang saya rasa kami dapatkan untuk para penikmat dan peracik bir di Cina, untuk bisa nongkrong dan berkolaborasi dengan para ahli pembuat bir di dunia yang belum pernah diketahui oleh Cina.”

 

Via: October

Share this :