Tren bir kriya yang terjadi selama 10 tahun terakhir ternyata membawa dampak yang cukup signifikan di Indonesia. Tidak saja di kota-kota urban, seperti Jakarta dan Bali, namun hinggap sampai di Kota Kembang. Karena keterbatasan akses saat itu, membuat segelintir orang terpaksa harus bolak-balik Bandung-Jakarta untuk sekedar mendapatkan produk-produk bir kriya. “Menurut kami, tren bir kriya di Bandung dimulai sekitar tahun 2019, yang dimulai terlebih dulu di Jakarta dan Bali. Tapi, karena kesulitan menemukan jenama bir kriya di Bandung, seringkali membuat kami harus ke Jakarta untuk membeli dan menikmati bir kriya,” ujar Sohuturon Fernando dari Air Gandum Brewery. “Lalu di suatu waktu, Beervana mengadakan kelas tentang basic bir kriya secara daring yang akhirnya memotivasi kami untuk membuat bir kriya pertama kami,” lanjutnya lagi.
Minimnya referensi dan pelaku industri bir kriya di Bandung melahirkan kreativitas dalam bentuk wadah untuk saling bertukar pikiran, resep dan bahan bir, hingga saling mencicipi bir kriya buatan masing-masing. Dan karena selama beberapa bulan secara rutin menyuplai bir kriya di sebuah tap bar di Bandung bernama Klas Tap Bar, maka terbentuklah kolektif Bandung Craft Beer Society yang diinisiasi oleh tiga homebrewer yang cukup aktif saat ini: Sohuturon Fernando & Yonathan Hersantio (Air Gandum Brewery), Aldio Paruna (Uji Brewery), dan Randy Saputra (Bier Tjap Oema). Kolektif ini pun tidak bersifat eksklusif. Siapapun boleh bergabung agar pergerakkan bir kriya di Bandung semakin ramai dan bervariatif. Tidak terbatas pada pembuat birnya sendiri, namun juga dapat merangkul penikmatnya. “Melalui kegiatan yang kami buat, diharapkan dapat memunculkan minat orang-orang untuk membuat bir kriyanya sendiri dan terus mengembangkan kreasi bir kriya yang unik.”
Ketiga jenama yang saat ini tergabung dalam Bandung Craft Beer Society memiliki latar belakang yang unik dan menarik dari profil bir yang ditawarkan. Air Gandum Brewery memiliki gaya medium-bodied serta bir yang cukup manis dengan referensi Belgian style. Terkadang mereka juga bereksperimen dengan variabel hops yang cukup luas. Awalnya, Uji Brewery berangkat dari fermentasi honey wine/mead. Melalui Bandung Craft Beer Society, Uji memulai perjalanannya dalam dunia homebrewing beer. Brewer Uji memiliki preferensi untuk membuat bir yang light, clean, dan cukup eksperimental. Bier Tjap Oema selalu berinovasi untuk membuat bir kriya dengan bahan baku terkini yang tersedia di lokapasar. Terkadang juga mendapatkan bahan-bahan dari kerabat yang bepergian ke luar negeri.
Terlepas dari beberapa kendala, seperti pembelian bahan dan alat yang cukup sulit serta kurangnya tempat berkumpul yang identik dengan bir kriya, tren bir kriya di Bandung justru mendapatkan antusias dan respon yang sangat positif dari para penikmatnya. Meskipun untuk beberapa varian, seperti Double IPA, New England IPA, porter, dan sour beer dirasa masih cukup “asing” untuk lidah sebagian orang di sana karena karakternya yang lumayan jauh berbeda dari bir komersil pada umumnya.
Dengan adanya Bandung Craft Beer Society, diharapkan dapat menjadi wadah bagi industri F&B di Bandung untuk memperkenalkan lebih dalam bir kriya hingga berkolaborasi dengan UMKM––juga menjadi rumah bagi penikmat bir untuk saling bertukar pengalaman seru dan berbagi informasi seputar bir kriya. “Harapan kami, tren bir kriya di Bandung bisa lebih berkembang sehingga komunitasnya juga menjadi lebih besar. Dan bir kriya buatan Bandung juga dapat dinikmati oleh penikmat bir dari kota lain,” tutup mereka. Kudos untuk Bandung Craft Beer Society!
Copyright Beergembira.com. All rights reserved. 2024.