Panduan Singkat Aturan Konsumsi Bir Di Negara-Negara Asia Tenggara
By • Thursday, 26 April 2018

Benar, di setiap daerah memiliki aturan ataupun “attitude”  dalam konsumsi bir. Hukum yang mengatur pun sungguh sangat luas. Di sini kami tidak akan menjelaskan pasal-pasal membosankan mengenai larangan bir atau berapa dendamu jika melanggar aturan tersebut. Karena kami yakin, kalian yang sudah berusia 21+ bisa mengetahui sampai mana batas-batas kalian masing-masing. Semoga! Jadi ada baiknya untuk kita ketahui terlebih dahulu attitude dalam menikmati bir di beberapa negara Asia Tenggara ini ya! Siapa tahu kalau dalam waktu dekat ini kamu akan bervakansi ke negara-negara tersebut setidaknya panduan ini dapat meminimalisir momen awkward atau menghindari kamu dari kesulitan mendapati bir.

1. Brunei – (Kering banget. Kering)

Brunei memang dikenal sebagai negara yang cukup konservatif. So, di sini alcohol is completely prohibited. Namun tetap ada kebijakan yang menyatakan jika wisatawan asing boleh membawa maksimal dua botol minuman alkohol jenis spirit, atau 12 kaleng bir dalam kurun waktu 48 jam. Perlu diingat, kamu hanya bisa menyesap bir di dalam penginapan atau ruang pribadi, walaupun tetap ada sedikit rumor tentang secret spots untuk mendapati minuman keemasan ini.  Tapi sepertinya kamu juga harus akrab dengan penduduk lokal biar dapat bocorannya. Yah, namanya juga barang ilegal, jadi perlu ekstra hati-hati! Karena menurut desas-desus meneriakkan cheers di sini bisa sama bahayanya seperti kamu ngomongin hal-hal yang berbau politik kiri.

2. Kamboja – (Pahlawan sesungguhnya adalah penikmat bir)

Kamboja memang terkenal dengan harga birnya yang murah meriah. Banyak bar dan pub murah yang amat tersohor di kalangan wisatawan asing, seperti Siem Reap. Berbagai jenis minuman beralkohol lengkap di sini, mulai dari vodka, wine, hingga brendi dan harganya tiga kali lebih murah dari yang dijual Amerika. Konon dengan pajak yang sudah dinaikkan 30% harganya akan tetap terasa murah.

Sebabnya? Pemerintah di Kamboja nyatanya memang menginginkan para penduduknya untuk tetap menikmati lebih banyak bir. Menurut mereka “penikmat bir adalah pahlawan sesungguhnya” karena menyumbangkan uang pajak mereka untuk membiayai gaji guru, dokter, dan pegawai sipil. Sebab itu hampir tidak ada larangan sama sekali di negara ini dalam hal mengkonsumsi bir.  Mengenai kultur bir sendiri, para penduduk lokal memang lebih banyak memilih untuk menyesap bir dibandingkan dengan jenis minuman yang lebih berat. Karena dianggap bir lebih asyik untuk dinikmati serta membuat tubuh lebih santai.

3. Indonesia – (Mendapatkan bir kini tak sebebas angan-angan)

Beruntungnya, bir masih bisa dikonsumsi di sini, meski tidak semudah dulu didapati, karena tidak semua tempat menyediakan minuman ini. Apalagi kalau kamu berada di luar dari kota-kota besar atau bukan di wilayah destinasi wisata seperti Bali atau Jakarta.

Pembatasan bir dimulai pada 17 April 2015, bir hanya bisa dinikmati di tempat-tempat seperti bar/lounge yang memiliki standar pajaknya sendiri. Jadi bir tidak benar-benar dilarang di Indonesia, hanya saja penjualannya sangat dibatasi melalui usia legal mengonsumsi serta tempat penjualannya.

4. Laos – (Santai!)

Laos sempat menjadi negara dengan konsumsi alkohol tertinggi se-Asia Tenggara. Terbukti dengan lebih dari konsumsi tujuh liter bir per orang setiap harinya. Negara ini memang bisa dinobatkan menjadi negara tersantai perihal dalam urusan bir. Bahkan produksi bir rumahan telah menjadi subkultur dan budaya tersendiri bagi para penduduk lokal Laos. Syarat menikmati bir di sini hanya ada dua; pastikan kamu tahu batasmu dan sudah berumur di atas 18 tahun!

5. Malaysia – (Suprisingly heavy drinkers!)

Statistik menunjukkan Malaysia menjadi sepuluh negara teratas dengan konsumsi minuman beralkohol. Dengan harga pajak yang mencapai 150% hingga 250%, menjadikannya yang tertinggi kedua di dunia setelah Norwegia. Undang-undang pelarangan bir di sini lumayan berat bagi para penduduknya yang beragama Islam, tetapi tidak begitu berlaku bagi komunitas Tiongkok dan India yang tinggal di sana. Karena itu mungkin kamu akan lebih banyak menemukan bir di beberapa minimart atau supermarket milik keturuna Cina-Malaysia. Selain itu, masyarakat pedesaan di Malaysia juga memiliki kultur minuman tradisionalnya seperti tuak dan samsu. Untuk aturan umur legal sama seperti di Laos. Hukum legal minum di sini saat kamu sudah berumur 18 tahun.

6. Myanmar – (Tutup lebih cepat tapi tetap santai)

Di Myanmar tidak terlalu banyak peraturan yang berlaku mengenai bir. Cuma yang perlu diingat, toko-toko yang menjual bir di sini tutup lebih cepat. Jadi pastikan kamu sudah mempersiapkan amunisi sebelum jam 9 malam. Tapi kalau mau sedikit merogoh kocek, tinggal cari saja hotel-hotel mewah yang biasanya menyediakan bir hingga larut malam. Di sini mungkin kamu sangat tertolong karena banyak brewery lokal yang memproduksi bir kriya sekaligus membuka pub dan bar untuk bisa kamu kunjungi sekaligus beer vacation. Batas umur legal untuk bisa mengkonsumsi minuman beralkohol di sini adalah ketika kamu sudah berumur 18 tahun.

7. Filipina – (Tenggelam dalam bir)

San Miguel telah ada sejak tahun 1890 dan sudah menjadi bagian dari sejarah di Filipina. Selain bir, negara ini punya pergerakan minuman lokal yang cukup beragam seperti Tanduay, Emperador, dan Ginebra San Miguel. Jadi, tidak terlalu susah untuk mengkonsumsi bir di Filipina. Penduduk lokal cukup terbuka dan mendukung kultur dari minuman lokalnya sendiri, seperti anggur kelapa lambanog dan tuba yang terbuat dari beras tapai yang dijual di pasaran. Syarat terpenting adalah kamu sudah berusia 18 tahun saat mengkonsumsi bir dan #TahuBatasnya ya!

8. Singapura – (Ngebir di pusat jajanan)

Singapura memiliki sikap cukup santai terhadap aturan mengkonsumsi minuman beralkohol bagi penduduknya sebelum terjadi kerusuhan di kawasan Little India pada tahun 2013. Undang-undang minuman beralkohol terbaru melarang kamu untuk menikmati bir di ruang publik pada jam 10 malam sampai 7.30 pagi. Namun tempat seperti restoran, pusat jajanan, dan hotel dianggap bukan sebagai ruang publik jadi sebenarnya kamu tetap bisa nge-bir asal tahu waktu dan tempat!

Selain itu, aktivitas menyesap bir memang boleh. Tapi untuk mabuk-mabukkan sungguh adalah perbuatan terlarang! Pasalnya tindakan tersebut dianggap ilegal dan hukumannya lumayan bikin merinding lho! Karena bagi setiap orang yang bersifat agresif dan mengganggu ketenangan publik yang disebabkan oleh minuman beralkohol dapat dikenai hukum cambuk atau penjara. Risiko yang tidak sebanding kan?

9. Thailand – (Sebenernya santai sih ngebir di sini)

Thailand sebenarnya cukup santai menyikapi aturan mengenai minuman beralkohol. Hanya saja mereka memberikan perhatian lebih mengenai jumlah penjualan minuman beralkohol serta dengan memberlakukan umur 20 tahun sebagai batas legal mengkonsumsi bir. Juga penjualan diatur oleh pemerintah agar tidak menjual bir di kawasan yang berdekatan dengan rumah ibadah, rumah sakit, sekolah, taman kota, serta memberlakukan waktu batas pelarangan dari jam 02.00 malam hingga 17.00 sore. Sama seperti di Singapura, mabuk di tempat umum merupakan sebuah kejahatan yang serius. Kecuali kamu bersedia dipenjara selama setahun.

10. Vietnam – (Beer everywhere!)

Vietnam dan penduduknya sangat mencintai bir. Di setiap pojokan kota selalu ada orang-orang berbahagia yang sedang menyesap bir dengan suka cita. Setiap jalanan di kota ini banyak terdapat tempat yang menjual draft-beer bernama Bia Hoi dengan harga yang amat murah. Minum bir sudah seperti minum kopi sepeda di Vietnam. Hal itu disebabkan oleh pajak minuman yang sangat rendah. Tapi selalu ada yang harus dibayar dari sebuah kebebasan. Di Vietnam tujuh persen penyebab kecelakaan disebabkan pengendara yang terlalu mabuk. Karena itu pentingnya konsep #TahuBatasnya dapat dipahami oleh penikmat bir.

SC

Via : Tripsavvy

Share this :