Wanita punya peranan penting dalam proses pembuatan bir. Sebab pada era bir pertama kali dibuat, wanitalah yang dipercaya mengatur, memproduksi segala urusan pangan, termasuk juga membuat bir. Namun, stereotip yang ada sejak dulu adalah bir merupakan minuman wajib para lelaki. Segala hal yang menyangkut tentang bir dan wanita kerap kali tidak mendapatkan sorotan hangat darimanapun. Belum lagi pemasaran bir yang hanya difokuskan kepada audiens laki-laki dan laki-laki seorang. Padahal kalau wanita tidak ada, bisa jadi bir pun tidak akan pernah dibuat. Setuju?
Selama bertahun-tahun, salah satu bentuk kritikan paling besar untuk iklan-iklan bir adalah kontennya yang cenderung seksis dan merendahkan wanita. Bir selalu diibaratkan sebagai minuman yang hanya digandrungi oleh lelaki saja. Bahkan beberapa iklan jelas-jelas menggambarkan sebagaimana bir bukanlah minuman yg diminati wanita. Seperti iklan Heineken yang memang mengambil pria sebagai target pembeli utamanya.
Kini, stereotip semacam itu perlahan-lahan mulai berubah. Pemasaran bir saat ini mulai mengikuti pemikiran modern abad milenia.
Hari minggu kemarin, perusahaan bir terbesar kedua di Amerika setelah Bud Light, Coors Light merilis kampanye barunya dengan harapan; wanita tidak akan tampil menjadi lelucon lagi seperti iklan-iklan bir jaman dulu.
Kampanye yang bertajuk “Climb On” ini mengambil insights bahwa setiap orang memiliki “gunung: yang harus didaki; setiap orang ingin mencapai sesuatu yang tinggi. Dalam intro iklan Climb On, digambarkan satu demi satu cerita manusia berjuang mendaki “puncak gunung” nya masing-masing. Dan yang berbeda adalah di sini juga ditampilkan bagaimana wanita mencapai “puncak gunungnya” sendiri seperti misalnya sebagai seorang atlet. Wanita disorot secara positif pada iklan ini dimana hal itu sebenarnya jarang sekali muncul dalam wacana iklan bir.
Menyorot wanita dalam pemasaran bir sebenarnya dianggap sebagai tindakan yang berisiko. Menurut Direktur Pemasaran Miller Coors, wanita jarang diidentitaskan sebagai peminum bir dan dibutuhkan waktu yang lama untuk membiasakan hal ini.
Sekarang, peminum bergender wanita semakin meningkat seiring dengan bertambah masalnya produksi craft beer. Jackie Dodd, beer blogger di The Beeroness berpendapat bahwa craft beer tidak pernah memasarkan produknya kepada wanita, namun microbrewery itu hanya menghargai keberadaan wanita dalam dunia bir. Mereka berusaha membangun komunitas craft beer dengan mengikutsertakan wanita bahkan berkolaborasi dengannya. Apabila, perusahaan bir raksasa mampu melakukan hal demikian, tentu saja hal ini juga akan memberikan pengaruh yang besar terhadap kelangsungan industri macrobrewery.
Dari sini kita bisa mengerti bahwa sebenarnya wanita memang memberikan pengaruh yang besar terhadap apapun, berikut bir di dalamnya. Cheers to women and beers!
Via: nytimes.com
MM
Copyright Beergembira.com. All rights reserved. 2024.