Kalau Bir Tidak Diciptakan, Mungkin Kita Masih Hidup di Dalam Goa
By • Tuesday, 8 December 2015

“Penemuan dan pembuatan Bir adalah mukjizat untuk masa purbakala. Bir menjadi salah satu faktor yang mendorong munculnya peradaban pertama. Demi bir pula, akhirnya manusia dapat mencerna ilmu agrikultur dan merangkai aksara.”

Sayangnya, tidak ada satu pun dari reruntuhan arkeologis itu yang terekam dan tersimpan. Manusia harus menggali tanah dan memecah teka-teki untuk menelusuri asal muasal penciptaan bir. Hingga mereka dapat memperkirakan bahwa bir kemungkinan dibuat pertama kali sekitar 9000 B.C., ketika peradaban barat baru saja lahir dan manusia memulai karya perdananya dalam bercocok tanam. Bagaimanapun peradaban yang tidak terekam itu tetap saja berujung pada sebuah perdebatan.

Beberapa sejarahwan dan antroplog berpendapat bahwa bir mulai dibuat ketika manusia menggunakan keramik untuk menampung minumannya. Sementara seorang penulis bernama Jonathan Hennessey dan brewer Mike Smith beranggapan bahwa bir pertama kali dibuat ketika manusia masih menggunakan kulit binatang dan perkakas kayu untuk menampung minumannya. Sejarah pembuatan bir 9000 tahun lalu itu diceritakan dengan epic dan menarik kemudian diilustrasikan oleh Aaron Mcconnell dalam sebuah komik grafis berjudul “The Comic Book Story of Beer”.

Pada buku komik sejarah tentang bir diuraikan kapan, dimana dan bagaimana bir pertama kali dibuat. Seni dan ilmu pembuatan bir seperti muncul secara misterius dan independen ke dalam permukaan semesta. Rasa haus dan lapar mendorong naluri manusia untuk belajar bertani. Kala itu, minuman kebanggaan yang telah diproduksi manusia secara tidak sengaja dari fermentasi gandum adalah bir. Mereka sangat menginginkan kandungan ajaib pada bir yang membuat mereka bergembira. Karena begitu diinginkan hingga dianggap sakral, bir juga sering digunakan untuk ritual keagamaan. Dan tentu saja belum ada yang menyadari kalau ternyata minuman yang mereka puja-puja itu memberikan banyak bonus nutrisi baik.

Tapi bagaimana kalau persediaan alam tiba-tiba berkurang? Mungkin karena kekeringan, dicuri suku bangsa lain, dikerubungi hama atau kebakaran.Yang dikhawatirkan adalah kelangkaan persediaan bahan-bahan membuat bir akan menyebabkan krisis kesejahteraan manusia primitif. Oleh karena itu mereka bekerja keras untuk terus menjaga kelestarian alam dan bercocok tanam demi membuat bir. Lantas bisa dikatakan bahwa manusia pada jaman purba pun tidak kalah pintar dan industrial dari manusia jaman kini.

Manusia primitif berusaha menyalurkan kecerdasannya untuk mencapai tujuan pembuatan bir ini. Sepekulasinya bisa jadi mereka bereksperimen membuat bir dengan tanaman gandum liar yang mereka temukan dimanapun hingga mencoba menanam jelai dan gandum sendiri dengan metode trial and error.

Syukurlah ada sebuah dokumen kuno berupa artefak yang menuliskan tentang resep membuat bir yang juga kita kenal sebagai himne untuk Ninkasi, sang Dewi Pembuat Bir. Sedangkan di asia selatan dan timur yang berpusat pada peradaban Jiahu, bir pertama kali dibuat dari beras dan mengandung kandungan alkohol yang lebih tinggi. Karena alkohol dapat membunuh keberadaan bakteri yang tidak diinginkan, bir-bir kuno yang diproduksi di Cina, India, Bangladesh mulai diawetkan. Selama Dinasti Tang di Cina, para pembuat bir juga belajar merebus bir dan menyimpannya dalam buli-buli yang disegel oleh lilin lebah. Metode pasturasi bir ini sangat menjaga kualitas dan citarasa bir sehingga bir masih bisa dinikmati sampai jangka waktu tahunan.

Jadi, kerja keras dan usaha manusia primitif memang tidak percuma. Bir dengan segala kenikmatan dan misterinya kini menjadi sebuah budaya penting bagi peradaban manusia. Jika bukan karena bir, produktivitas modern saat ini mungkin tidak akan pernah ada.

Kamu bisa membaca kutipan komiknya di bawah ini. Tetaplah menikmati bir secara bertanggung jawab. Cheers! #PenikmatBirBukanKriminal

komik 2

komik1

komik3

komik4

komik5

komik6

komik7

komik8

komik9

komik10

Source : Huffington Post

Image via Huffington Post

MM

Share this :