Karbon Dioksida Langka, Bir di Eropa Mulai Sulit Diproduksi!
By • Wednesday, 11 July 2018

Isu perubahan iklim memang sedang hangat diperbincangkan, secara sadar atau tidak sadar kitapun mulai merasakan dampaknya. Salah satunya, mulai dirasakan dari produksi bir yang mulai menipis di berbagai belahan dunia. Menurut Germanwatch, New Climate Institute dan Climate Action Network, Indeks Performa Perubahan Iklim (Climate Change Performance Index – CCPI) menetapkan beberapa negara yang memiliki Performa Perubahan Iklim yang ekstrim. Dari total 57 negara yang diteliti, Swedia menduduki peringkat tertatas, disusul Lithuania, Maroko, Norwegia dan Inggris.

Perubahan iklim drastis tersebut pun berdampak pada pasokan CO2 atau karbon dioksida. Sehingga mau tidak mau negara-negara di Eropa pun merasakan imbasnya. Seperti kita tahu kandungan gas CO2 sangat penting dalam proses karbonasi berbagai jenis minuman termasuk bir, hal tersebut pun menjadi pukulan keras bagi negara-negara di Eropa salah satunya, Inggris. Pasalnya, situasi kelangkaan yang melanda Inggris diperparah dengan masalah teknis yang terjadi pada pabrik produsen gas dan secara otomatis telah menutup suplainya dalam waktu yang tidak ditentukan.

Sejalan dengan hal itu, euforia di tengah turnamen Piala Dunia pun semakin memanas, dan kendalanya Inggris mulai tak cukup dapat memenuhi permintaan bir. Sehingga pemasok CO2 sekaligus produsen bir mulai kewalahan menangani para penikmat bir. Untuk menyiasati ketersediaan bir, sebuah produsen makanan dan minuman besar di Inggris, Booker, mulai menetapkan kuota pembelian. Dengan membatasi pembelian, setiap pelanggan hanya dapat membawa pulang 10 kotak bir dan lima cider atau minuman ringan.

Di sisi lain beberapa produsen mulai memutar otak untuk memenuhi kekurangan gasnya dengan membeli ke Eropa timur, sedangkan perusahaan kecil harus menerima kenyataan pahit bahwa tak ada pilihan lain selain menghentikan kegiatan operasional sementara waktu.

Baru-baru ini juga, Heineken produsen bir besar asal Amsterdam memperingatkan pub-pub dan bar-bar di Eropa akan mengalami kelangkaan besar selama krisis ini, terutama pada merk Amstel dan John Smithnya.

Berbeda dengan Inggris, Asosiasi Produsen Industri Bir di Jerman mengatakan, anggotanya belum terganggu dengan kelangkaan tersebut, namun mereka membenarkan bahwa pengadaan Co2 di Jerman terbilang menjadi cukup mahal di saat sekarang.

Cukup membuat resah ya? Semoga hal ini tidak begitu berdampak pada pasokan bir di Indonesia ya gengs! Jangan lupa untuk bagikan berita penting ini ke para teman penikmat bir!

Cheers!

SC

Via: CNBC ID

Share this :