Lager & Budaya Minum Bir Orang Indonesia
By • Wednesday, 21 June 2017

Keberadaan bir di Indonesia memang bisa dikatakan belum berumur cukup lama dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Di dataran Eropa dan Amerika, bir sudah merupakan bagian dari kultur. Sedangkan di sini, suka atau tidak, harus diakui kalau bir memang bukan kultur asli orang kita. Bahkan terkadang masih mendapat stigma ‘ilegal’ meski dikonsumsi di usia yang sudah layak atau di tempat yang semestinya. Dulu saja, untuk bisa menikmati bir orang harus bersusah payah mendapatkannya dengan cara mengimport. Bayangkan, demi segelas bir dingin yang nikmat kita harus bersusah payah dulu untuk bisa menikmatinya.

Sejarah bir di Indonesia dimulai di awal abad ke-20, tepatnya di tahun 1929, di mana saat itu Belanda pada masa pendudukannya di Indonesia mendirikan sebuah brewery yang berlokasi di Surabaya. N.V. Nederlandsch-Indische Bierbrouwerijen atau yang dulu juga dikenal dengan nama Java Brewery adalah nama dari brewery tersebut. Bir yang diproduksi di sana lalu dikenal dengan nama Java Bier. Di tahun 1937, Java Brewery melakukan renovasi pabrik dan memperluas jaringan usahanya. Tidak berselang lama, nama perusahaannya pun berganti menjadi Heineken’s Nederlands-Indische Bierbrouwerij Maatschappij. Sejak saat itu penjualan bir Heineken mulai merambah pasar Indonesia dan impor bir Heineken kemudian dihentikan. Satu fakta yang cukup menarik pada masa itu, orang kerap memesan bir Heineken dengan menyebut “Bintang” karena gambar bintang berwarna merah yang memang ada di logo Heineken tersebut. Seiring dengan waktu, Java Brewery kemudian berganti nama menjadi Multi Bintang Indonesia. Dengan produk birnya yang ikonik dan kita kenal hingga hari ini, Bir Bintang diklaim menguasai lebih 60% dari market share di Indonesia. Selain Multi Bintang, kita tentu mengenal produsen bir lainnya seperti PT Delta Djakarta (Anker Bir, San Miguel, Carlsberg), PT Bali Hai Brewery Indonesia, serta PT Gitaswara Indonesia dengan produk bir Guinness Stout-nya.

Bicara mengenai sejarah bir di Indonesia tentu tidak terlepas dari jenis bir yang diproduksi. Pada awalnya, Indonesia hanya mengenal dua jenis bir yang diproduksi dan dipasarkan di sini, lager dan ale. Produk-produk seperti Bir Bintang, Bali Hai Draft Beer, Carlsberg, San Miguel, Anker, adalah contoh dari bir jenis lager. Sedangkan kerabatnya yang lain seperti Anker Stout, Panther Stout, dan Guinness adalah termasuk dalam jenis stout yang merupakan turunan dari ale.

Lalu kenapa hanya ada dua jenis bir setelah 88 tahun sejak bir pertama kali diperkenalkan di Indonesia? Agak cukup sulit untuk menjawab pertanyaan ini. Yang jelas, penikmat bir di Indonesia mayoritas sudah terbiasa mengkonsumsi bir jenis lager (dan juga ale) seperti yang sudah dicontohkan di atas.

Kami mencoba menganalisa secara kecil-kecilan kenapa bir jenis lager lebih populer di Indonesia ketimbang jenis lainnya. Lager yang paling populer di seluruh dunia adalah Pale Lager yang memiliki kandungan alkohol yang sedikit, sangat berkarbonasi, dan memiliki rasa yang sangat murni dan ringan. Pilsner, seperti Bir Bintang, Bali Hai, dan Anker Beer misalnya, adalah salah satu jenis Pale Lager yang paling terkenal dan paling kerap dikonsumsi oleh penikmat bir di Indonesia. Ale sendiri bukannya tidak memiliki pasar di sini. Tapi karena rasanya yang memang agak cenderung ‘keras’ dibandingkan dengan lager, bir ini hanya populer di kalangan segelintir beer enthusiast di Indonesia.

“Bir jenis lager ini merupakan salah satu jenis bir yang easy to drink. Dan jumlah populasi bir di Indonesia sendiri lebih banyak didominasi oleh pemain lager,” menurut Ipung Wicaksono dari Multi Bintang Indonesia ketika kami menghubunginya via pesan di Whatsapp. Lalu kami sempat berpikir apakah bahan baku pembuatan bir, di luar air tentunya, yang kebanyakan masih import menjadi salah satu faktor kenapa lager justru yang lebih laku di sini? Ipung kembali menjelaskan bahwa pasar dari bir lager masih menjadi komoditi utama di antara para penikmat bir di Indonesia. Faktor ini juga yang akhirnya mempengaruhi investor untuk berinvestasi di ranah lager.

Sejalan dengan perkembangan waktu dan dimudahkannya fasilitas dalam mengakses informasi, para penikmat bir pun tidak ketinggalan dalam menggali informasi dan bereksperimen dengan bir-bir jenis lain di luar produk yang sudah ada di pasaran sebelumnya. Sebut saja craft beer dan cider yang dalam dua tahun terakhir ini lumayan mencuri perhatian para penikmat bir lokal. Kerennya lagi, beberapa produk bir tersebut merupakan produk lokal alias buatan Indonesia asli.

Fenomena kemunculan bir-bir jenis baru di luar lager dan ale ini tentu saja harus disambut dan diapresiasi dengan baik. Seperti kata pepatah, the more the merrier. Jadi, apakah kalian sudah siap bereksperimen dengan bir jenis lain di luar lager? Go ahead! Have fun and don’t forget to drink responsibly. Prost!

Share this :