4 Stereotipe Bir dan Faktanya
By • Sunday, 21 February 2016
Tags : /

Mengupas kebenaran mitos mengenai bir, botol per botol, merupakan tindakan misionaris yang sangat melegakan bagi kebanyakan pecinta bir. Sebab tidak ada yang lebih menyebalkan daripada mendengar stereotipe mengenai bir diperbincangkan secara penuh keyakinan. Padahal konsep yang nyatanya beredar di semua tempat mengatakan hal yang sebaliknya. Beberapa dari kesalahan konsep ini menjelma menjadi momok tersendiri. Ibarat guru yang tengah berusaha membuat anak muridnya merasa kesal dengan menggaruk papan tulis menggunakan jari.

Untuk meluruskan beberapa kesalahpahaman yang telah meradang di masyarakat pecinta bir, kami merangkum poin-poin khusus stereotipe bir guna menambah pengetahuan atau justru menjadi pengukuhan wawasan siapapun yang membaca.

#1. Semua bir Mexico disajikan menggunakan jeruk limau.

stereotipe

Ada banyak teori yang berpusar sekitar mengapa trend ini dimulai, namun tidak ada brewery yang melaporkan bahwa hal tersebut merupakan perbuatannya. Ini sangat aneh, sebab ternyata peminum bir di Mexico tidak memiliki kebiasaan memasukkan jeruk limau ke dalam bir mereka. Namun kalau kamu adalah pelancong di negara tersebut, bartender di negara Mexico biasanya beranggapan kamu menginginkan jeruk limau bersama dengan bir.

Bisa jadi trend ini merupakan marketing gimmick brilian yang diprakarsai oleh sebuah brewery. Contohnya, lihat Corona. Jeruk limau tidak pernah absen disangkutkan pada mulut botol. Diduga, hal ini berlandaskan alasan bahwa kebanyakan bir Mexico memiliki gaya pale lagers dalam botol warna hijau dan oleh sebab itulah limau muncul sebagi sinonim bagi semua bir dari negara tersebut. Lebih jauh lagi, bir semacam Dos Equis dan Negra Modelo juga disajikan menggunakan jeruk limau. Padahal keduanya merupakan bir Jerman.

Bukan berarti mencampur limau dengan bir adalah hal yang salah. Limau jelas memiliki fungsinya sendiri untuk beberapa jenis bir. Namun yang menarik dari hal ini berasal dari kenyataan bahwa kebiasaan menyandingkan jeruk limau merata untuk segala jenis bir. Bahkan untuk bir yang tidak dibuat di negara tersebut.

#2. Wanita tidak menyukai bir.

stereotipe3

Wine diciptakan untuk wanita, sementara bir dibuat teruntuk pria. Stereotipe ini muncul berdasarkan pandangan atas rasa yang dihasilkan kedua jenis minuman sangat berbeda. Wanita dianggap lebih menyukai rasa ‘buah’ sementara bir yang terasa pahit lebih cocok untuk pria maskulin.

Kenyataanya, dewasa ini malahan jumlah peminum wanita naik secara signifikan entah dari sisi pasar craft-beer maupun bir pada umumnya. Hal ini diungkapkan oleh Sarah Ritchie, seorang craft sales representative untuk Golden Eagle Distributing di Tucsonfoodie. Ia menyatakan bahwa sekitar 35 persen dari penikmat craft-beer diisi oleh perempuan. Let’s Grab a Beer juga pernah mengungkap kebenaran dari pandangan miring ini dalam video mereka.

Jadi tentu saja, stereotipe berdasarkan gender dan bir semacam ini tidak lagi relevan. Maka pilihan janji nge-date di bar bukan lagi hal yang harus dipikirkan untuk kedua kalinya. Siapa tahu calon pasanganmu ternyata lebih mengerti soal bir dibandingkan kamu.

#3. Bir dalam kemasan botol lebih oke daripada kemasan kaleng.

stereotipe1

Jika kamu setuju dengan pandangan ini, bersiap-siaplah untuk merasa kecewa. Faktanya, revolusi pengemasan bir dalam kaleng sudah terjadi dan tidak ada hal yang bisa kamu lakukan. Untuk urusan rasa, bir dalam kemasan kaleng tidak terasa seperti kamu tengah meminum aluminium. Bahkan, justru bir dalam kemasan kaleng terasa lebih enak dibandingkan bir botolan.

Butuh informasi lebih lanjut untuk memiringkan pendapat ini?

Begini… Semua kemasan kaleng untuk bir sudah dirancang dengan materi polymer yang tidak membiarkan bir untuk menyentuh materi aluminium. Kaleng bir juga menghalangi penetrasi cahaya, sebuah alasan mengapa bir bisa terasa ‘basi’ dan meninggalkan ekspresi kesal di mukamu begitu menyesapnya. Dari sudut pandang finansialnya, kaleng bir lebih praktis dan tahan banting jika dibandingkan dengan botol bir. Mengingat keuntungan-keuntungan ini, maka sebenarnya para pembuat bir bisa menyetok lebih banyak bir. Hal ini jelas saja akan mengurangi biaya transportasi. Sederhana, kan?

#4. Guinness Draught merupakan jenis bir yang kuat dan berat.

stereotipe2

Beer Beginner seringkali tersesat dalam stereotipe satu ini. Satu hal yang mempengaruhi pilihan bir mereka di masa mendatang. Akan memalukan untuk seseorang jika mereka tidak membuka peluang lebih jauh pada pilihan yang satu ini.

Hal tersebut seringkali bersumber pada penampilan bir yang satu ini. Dalam sekilas pandangan, Guinness Draught mirip seperti cairan kegelapan: minuman berbusa nitrogen misterius yang mengingatkan siapapun orangnya pada film-film tahun 1970an. Dari tuangan pertamanya, bir ini terkesan sangat tebal dan pekat. Namun coba saja menyesapnya sekali dan biarkan sejenak dalam mulutmu untuk sedetik atau dua detik sebelum menelannya. Tentu ada rasa-rasa creamy yang tertinggal, hanya saja sensasi itu hanya bertahan sebentar. Sebuah bir yang kuat pastinya akan meninggalkan rasa dalam rongga mulut semenit atau dua menit setelah ditelan. Tapi Guinness? Tidak.

Oh iya, sedikit trivia menyenangkan, Guinness Draught sebenarnya berwarna merah gelap bukan hitam atau coklat. Aneh, ya?

LR

Via : tucsonfoodie

Share this :