Bagi sebagian orang, serangga merupakan hama kecil yang mengganggu kehidupan di rumah. Berbagai cara ditempuh untuk menghalau serangga menebarkan terror di atas meja makan atau di piring donat yang baru kamu beli pagi sebelumnya. Namun, keberadaan serangga lain maknanya untuk para pembuat bir. Bagi pembuat bir asam, serangga seperti semut adalah emas.
Dailey Crafton memiliki ide memasukkan serangga ke dalam bir buatannya setelah ia menyadari sekumpulan semut berbaris keluar dari kelopak bunga zucchini yang merupakan bahan terakhir pembuat birnya. Crafton, seorang desainer grafis dan pembuat bir yang kekar, kemudian berharap semut yang ada dalam kelopak bunga dapat menghasilkan rasa menyengat yang unik untuk birnya.
Sebelumnya Crafton mendengar jika kumbang bukan hanya mengandung mikroorganisme alami yang baik untuk fermentasi bir, namun juga menghasilkan rasa yang tart, juicy dan bright untuk bir. Oleh sebab itu ia kemudian memutuskan untuk menambahkan semut ke dalam campuran pembuat bir.
Bagi pembuat bir asam, serangga adalah sumber segalanya. Sebutan serangga sendiri bukannya merujuk pada binatang avertebrata ketika membuat bir. Melainkan, kebanyakan brewer menggunakan mikroorganisme seperti ragi dan bakteri yang eksis di udara, sama seperti di buah-buahan dan sayuran yang memfermentasikan dan mengasamkan apapun dari bir sampai ke wine ke roti dan keju.
Sementara jelai yang dipakai bisa sangat beragam, brewery biasanya menggunakan satu atau dua spesies ragi−ale atau lager−yang mereka beli dalam beberapa ikat, diidentifikasi dan telah dites untuk konsistensinya. Beberapa brewery membeli bakteri menguntungkan khusus untuk bir asam dan sedikit dari mereka benar-benar memanen mikroorganisme liar dengan membiarkan udara masuk ke bir yang belum terfermentasi.
Namun belakangan, brewer mulai tertarik untuk memanen serangga dalam binatang berkulit kitin tersebut. Ide tersebut mungkin terdengar seperti gimmick yang berasal dari otak kepala marketing strategist sehabis minum beberapa pint gelas, namun para peneliti mulai bereksperimen dengan sumber baru fermentasi.
Para peneliti telah bertahun-tahun mengetahui jika serangga memiliki kutu yang dapat digunakan dalam fermentasi. Tapi tidak sampai beberapa tahun sebelumnya ketika seseorang bertanya apakah kutu dalam serangga bisa bermanfaat dalam pembuatan bir.
Namun jika kamu berpikir akan membuat birmu sendiri dengan mencampurkan serangga, cobalah berpikir kembali. Serangga ibarat hutan kutu fermentasi yang jika salah dicampurkan akan beresiko terhadap orang yang mengonsumsinya. Para peneliti sendiri bahkan memiliki beberapa tes genetika, biologi, dan kemis untuk memastikan ragi dalam kutu di serangga tidak memiliki pathogen berbahaya bagi manusia.
Bir Crafton belum membunuh seseorang, tapi dia sendiri tidak begitu paham apa yang terkandung dalam birnya. Musim gugur tahun lalu, ia menyajikan bir semut miliknya bernama Funky Fresh di Brooklyn Kitchen kepada sekumpulan masyarakat lokal. Birnya didaulat memiliki rasa yang kaya buah-buahan, mirip jeruk dan agak pedas.
Kedengarannya menarik. Bagaimana menurutmu? Is it yay or nay?
LR
Via : Munchies
Copyright Beergembira.com. All rights reserved. 2024.