Bir Pertama Ibarat Memilih Jodoh
By • Tuesday, 14 February 2017

Memilih bir yang kita suka, terlebih mereka yang belum pernah sama sekali mencicipi bir, memang agak gampang-gampang susah. Karena yang namanya selera, tentu saja sifatnya subjektif. Sama seperti kita memilih pacar atau pasangan hidup. Mau tampilannya sempurna 100% tapi kalau tidak sreg di hati, pasti ada sesuatu yang dirasa kurang greget pada akhirnya.

Mungkin dari semua peminum bir di sini, pengalaman yang didapat dari gelas pertama yang diminum adalah hasil dari coba-coba. 1% penasaran, 99% nekat. Mohon diralat kalau kami salah haha! Tapi memang seperti itu kenyataannya. Tidak ada sekolah atau institusi resmi di mana kita diajari bagaimana memilih bir yang tepat sesuai dengan selera. Satu-satunya cara memilih mana bir yang cocok dengan mencobanya langsung.

Seni menikmati bir adalah ketika kita bisa mendapatkan rasa yang tepat dan sesuai dengan ekspektasi yang diharapkan. Bukan saja sekedar menenggak botol lalu bersenang-senang hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Saat bir pertama kali menyentuh bibir dan membanjiri tenggorokan, seketika itu juga otak kita mulai bereaksi sambil berbisik,”Nah ini baru bir gue!”. Congratulations, man. You just picked the right beer for you.

Tidak semua orang dapat dengan cepat menemukan bir favoritnya dan bahkan langsung jatuh cinta dengan bir. Dalam prosesnya, terkadang orang akan melewati fase trial and error dulu sampai benar-benar mendapatkan rasa bir sesuai yang diinginkan. Lagi-lagi, sama seperti saat kamu mencari pasangan hidup. Pasti harus melewati beberapa obstacle terlebih dulu. Melewati proses putus-nyambung hingga beratus-ratus kali sampai akhirnya kamu sepakat untuk melamar pujaanmu tersebut 😀

Ada yang ingat kapan pertama kali kamu mencicipi bir? Saya agak lupa kapan tepatnya. Namun yang jelas, bir pertama yang saya cicipi itu ketika saya masih di jenjang sekolah dasar. Itu pun masih di taraf mencicipi, karena ayah saya kebetulan memang penikmat bir. Masuk ke bangku SMA, status saya sebagai peminum bir pun dibilang belum terlalu aktif. Saat kuliah dan bisa menghasilkan sumber finansial sendiri, bisa dibilang saya mulai aktif menikmati bir. Cuma memang di era tersebut, pilihan birnya tidak terlalu banyak. Kalau bukan pilsner atau lager, ya stout. Kalau ditanya apa bir kesukaan saya, tentu saya akan jawab stout. Peduli setan dengan image-nya yang kerap disandingkan sebagai ‘birnya mas-mas’.

Berbeda dengan 20 tahun silam, saat ini seiring dengan makin banyaknya beer house dan bar, kita semakin dihadapkan dengan banyaknya pilihan bir. Tidak saja melulu pilsner, lager, atau stout, pilihan hingga craft beer pun sudah dengan mudah bisa kita dapatkan di sini. Semakin banyak pilihan bir, otomatis akan membuat kita semakin rajin untuk mengeksplorasi khazanah bir yang ditawarkan.

Menikmati sebuah bir sejatinya adalah hal yang menyenangkan. Tapi bagi mereka yang akan dibaptis untuk pertama kalinya dengan bir, memilih bir mana yang akan dibeli ketika berada di sebuah bar atau bottle shop, dapat menjadi sebuah pengalaman yang membingungkan sekaligus mengerikan. Tapi jangan takut, kami punya sedikit tips dan trik supaya kamu tidak keder saat harus memilih bir pertamamu.

Saat berada di sebuah bottle shop:

Jangan pernah sungkan untuk bertanya kepada pramuniaga di toko tersebut. Minta rekomendasinya dengan sedikit menceritakan latar belakangmu soal bir. Jangan takut untuk bertindak sok tahu, karena terkadang ke-sok tahu-an kita dapat menjadi penyelamat di kala otak sedang macet berpikir. Selain itu juga perhatikan kondisi botol atau kaleng bir. Packaging bir yang kurang baik tentunya dapat mempengaruhi rasa dari bir itu sendiri.

Saat berada di sebuah bar:

Ada satu trick di mana kunjungan pertamamu di bar dapat menjadi sebuah pengalaman pertama yang cukup menyenangkan. Saat pertama kali menginjakkan kaki di bar tersebut, gunakan 30 detik waktu pertamamu untuk mengamati keadaan sekeliling bar. Perhatikan jenis bir apa yang paling banyak dipesan orang saat itu. Jika bar tersebut memiliki reputasi yang baik untuk bir yang disajikan, maka sudah dipastikan 100% orang yang datang ke sana akan memesan bir yang terbaik, kualitas adiluhung, dan dapat dipertanggungjawabkan di dunia dan akhirat. Dan kalau kamu masih ragu-ragu, sekali lagi, jangan malu untuk bertanya kepada bartender. Seorang bartender yang baik akan memberikan pencerahan tentang bir atau minuman beralkohol mana yang cocok menjadi minuman pertamamu.

Saya jadi teringat sebuah cerita. Jadi dulu, saya pernah punya pengalaman dengan seorang kawan yang kebetulan pemain baru untuk urusan mengkonsumsi bir. Suatu ketika, kami hendak menghabiskan akhir pekan di sebuah bar. Teman saya ini, sebut saja dia si Budi, bersikeras untuk ikut ke bar dan ingin mencicipi bir pertamanya. Sesampainya di bar, si Budi ini ternyata ‘kelepasan’. Di luar kontrol. Alhasil, dia agak trauma dengan minuman beralkohol hingga detik ini. Moral dari cerita tersebut adalah bir atau minuman beralkohol pertamamu bisa dikategorikan sebagai love at the first sight juga. Jika awal perkenalannya baik, tentu ke depannya juga akan berjalan dengan baik. Jika tidak, tentu nasibnya akan sama seperti si Budi ini haha!

Mengkonsumsi bir bukanlah suatu ajang pembuktian diri untuk mencari siapa yang paling kuat menghabiskan botol terakhir. Kita menikmati bir sebagai sarana untuk berekreasi. Bersenang-senang dengan tidak melupakan tanggung jawab sebagai penikmat bir yang baik.

Oh ya, selamat merayakan hari kasih sayang ya. Rayakan hari penuh cinta ini dengan menikmati bir dingin secara bertanggung jawab dengan orang yang kamu kasihi.

Love,

Us at Beergembira.

Share this :