Beer Science: ‘Beer Blanket’ vs Low Temperature
By • Tuesday, 4 August 2015

Kalau kamu pernah menonton kartun jaman dulu, pastinya ingat sosok seekor anjing penyelamat dari jenis ras Saint Bernard. Anjing yang berukuran besar ini biasanya ditempatkan di pos jaga pegunungan. Dengan bermodal barrel kecil yang dikalungkan dilehernya, anjing penyayang ini sigap dalam melihat orang kedinginan. Diberinya sebuah pertolongan pertama untuk mereka yang tersesat dan kedinginan di gunung; seteguk bir. Lantas si korban dengan wajah kemerahan, nampak jauh lebih berwarna dan cerah beberapa saat setelahnya.

Siapapun yang meneguk bir pasti merasakan sensasi hangat menjalar di kerongkongan mereka. Sensasi tersebutlah yang membuat kamu merindukan sebotol bir sewaktu berada di pegunungan. Kamu merasa bisa dengan gampang menghalau rasa dingin menggigil. Banyak nama yang dikenal orang untuk menyebut fenomena ini antara lain “vodka veil”, “moonshine mantle”, dan “beer blanket”.

Sebelum membahas lebih lanjut, perlu diketahui bahwa konsumsi minuman beralkohol ternyata ngga sepenuhnya membuat kamu merasa hangat. Ngga ada aktivitas dari tubuh yang membuat badanmu hangat hanya karena kamu menyesap satu botol stout.

Yang terjadi sebenarnya adalah alkohol menyebabkan pembuluh darah membesar. Hal tersebut menggeser aliran darah ke permukaan kulit. Darah hangat ini beredar melewati jutaan reseptor kecil yang ada di epidermis. Lalu thermoreceptor merasakan suhu darah yang hangat dan mengirimkan informasi lewat somasensatory ke otak. Inilah yang membuat kamu merasa sehangat berada di bawah selimut setelah menyesap minumanmu.

Intinya, secara ilmiah beer blanket adalah fenomena yang disebabkan oleh panas dari aliran darah yang naik dekat permukaan kulit, membuat kamu sepertinya imun terhadap suhu dingin di luar tubuh. Tapi hati-hati! Bukannya membuat kamu lebih unggul terhadap suhu dingin di luar sana, tubuhmu justru rentan terhadap suhu dingin tersebut. Ketika darah hangat mengalir dekat dengan permukaan kulit, suhunya justru kalah terhadap suhu sekitar. Tekanan dingin mengalir ke tekanan panas. Dengan berdasarkan prinsip tersebut, kamu lebih rentan terhadap resiko hipotermia. Bahkan alkohol sudah menjadi  faktor dari banyak kematian di Ukraina saat musim dingin.

Sebagai penikmat bir, ada dua hal yang bisa dipelajari dari sini. Nomor satu adalah drink responsibly. Bukan berarti karena menyadari bahwa kamu bisa merasa hangat setelah minum bir di pegunungan membuat kamu minum banyak. Ini membawa kita pada pelajaran nomor kedua yakni waspadalah terhadap sensasi hangat yang palsu dari “beer blanket.”

Nongkrong asik di Bromo memang artsy. Tapi nekad berpakaian tipis karena merasa bir bisa menyelamatkanmu dari udara dingin, itu hal yang bodoh. So, be wise!   

 Via : realclearscience

LR

Share this :