Setelah mendengarkan album debut Wu-Tang Clan: 1993 Enter the Wu-Tang (36 Chambers) – 130 desibel selama delapan jam setiap harinya selama 12 hari, Derek Garman mempertanyakan guna pekerjaannya.
Garman bukan DJ, ahli hip-hop, atau fans Wu-Tang Clan. Serangan bass ini di telinganya itu bukan pilihan, melainkan salah satu ilmu kuliner.
Ia adalah head brewer di Fortnight Brewing di Cary, North Carolina. Ia dan timnya menggunakan getaran sonik, yaitu lagu rap milik grup dari East Coast ini, dengan tujuan mengubah rasa dan karakter bir yang diberi nama “Bring da Ruckus”. Memang, sebelumnya sudah pernah ada brewery yang menggunakan lagu Wu-Tang Clan dalam proses brewing. Bedanya, micro-brewery milik Vince Desrosiers memilih lagu Wu-Tang Clan karena suka dengan lagunya, sedangkan Fortnight Brewing memakainya karena mereka yakin getaran musik rap bisa mempengaruhi ragi.
Di brewery milik Garman, tangki fermentasi pembuatan bir dikelilingi dengan speaker berukuran 30 inci dan lagu Wu-Tang disetel dengan volume paling keras. “Ya sekitar hari kedua atau hari ketiga, saya mulai merasa pusing karena mendengarkan lagu yang sama berulang-ulang,” ujar si empunya yang sudah membuat bir selama 6 tahun.
Gimana nggak pusing? Awalnya, hanya satu lagu: Bring da Ruckus, yang diputar tanpa henti selama 6 jam! Namun, akhirnya satu album diputar demi variasi baru – dan demi kewarasan para pekerja di brewery.
Bir yang di infuse oleh musik mungkin terdengar seperti gimmick. Tapi menurut Colin Spark, co-owner Fortnight Brewing, percobaan mereka ini memang menghasilkan bir yang baru. “Getaran dari gelombang suara bisa membuat ragi ‘stress’ dan mengakibatkan hasil fermentasi, aroma serta rasa yang berbeda,” jelasnya.
Bring da Ruckus sebenarnya dibuat dengan resep yang sama persis dengan tangy IPA milik Fortnight brew, namanya “Bring da Saucer”. Bedanya, Bring da Ruckus punya rasa yang “lebih pahit, tidak terlalu floral ataupun manis”, dan aroma serta rasa yang berbeda dengan pendahulunya.
Hal ini juga sudah dibuktikan lewat penelitian lab oleh scientist Jerman. Meski resep yang digunakan sama, tapi ada perbedaan kandungan kimia didalam kedua bir buatan Fortnight Brewing tersebut. “Ragi adalah makhluk hidup, jadi bisa dibayangkan kalau tindakan ragi dipengaruhi oleh getaran dari suara,” jelas Volker Bornemann, penemu Avazyme yaitu lab agrikultur dan ilmu makanan.
Batch pertama Bring da Ruckus tersedia sebanyak 20 barrel atau sekitar 5,000 pints, yang dijual di toko alkohol dan bar lokal. Sayangnya, Fortnight belum mendistribusikan karyanya ke luar North Carolina.
AM
Via Munchies
Copyright Beergembira.com. All rights reserved. 2024.