Sudah Siapkah Kita Dengan Budaya Craft Beer?
By • Thursday, 21 April 2016

Ketika kita diminta untuk mendeskripsikan apa itu craft beer, setiap penikmat dan pecinta bir pasti memiliki interpretasi serta cerita unik masing-masing yang dapat mengggambarkan definisi craft beer tersebut. Pun untuk menjelaskan craft beer yang sesungguhnya itu seperti apa akan lebih sulit lagi karena setiap produk craft beer yang dihasilkan oleh masing-masing craft brewery memiliki cita rasa khusus yang berbeda-beda. Sama mungkin seperti kita disuruh menjabarkan sebuah karya lukisan, hasil tafsir setiap individu akan berbeda-beda karena sifatnya yang subyektif. Tidak ada larangan atau panduan khusus untuk menilai rasa dari craft beer itu seperti apa. Mau bilang enak, silahkan. Mau bilang rasanya busuk pun, sah-sah saja.

Kalau mau dideskripsikan secara umum, pengertian dari craft beer adalah bir yang diproduksi bukan oleh perusahaan bir raksasa. Brewers Association di Boulder, Colorado, Amerika Serikat mendefinisikan craft beer sebagai produk bir yang diproduksi secara tradisional oleh brewery kecil dan independen.

Craft beer sepertinya sudah menjadi subkultur tersendiri di luar sana. Di Amerika, misalnya, setiap negara bagian atau distrik pasti memiliki produk craft beer yang menjadi “jagoan” serta identitas dari kota tersebut. Desain kemasan yang “tidak biasa” juga menjadi salah satu daya tarik yang membuat craft beer banyak dicari orang meski ia pun belum tentu penikmat bir.

Di Amerika, trend craft beer sudah mendominasi hampir seluruh aspek perekonomian dan gaya hidup. Mulai dari bar-bar lokal hingga ke pertandingan baseball kelas dunia seperti Major League Baseball. Lalu apa yang membuat craft beer ini begitu popular dan kontroversial sehingga menjadi topik pembahasan menarik yang tidak berkesudahan? Cuplikan artikel yang kami kutip dari www.businessinsider.com ini sepertinya cukup menjawab pertanyaan kenapa craft beer bisa menjadi sesuatu yang happening di luar sana dan Amerika pada khususnya:

  1. Penikmat bir adalah kelompok individu yang senang bereksperimen. Sebagai perbandingan, di luar sana bir yang diproduksi oleh perusahaan raksasa pamornya semakin meredup. Banyak pecinta bir di sana yang mulai beralih ke full flavored beer seperti India Pale Ale, seasonal beer, dan Belgian Beer.
  2. Sama halnya seperti konsumen bir, craft brewery pun gemar melakukan eksperimen dengan bir yang mereka ciptakan. Karena mereka memproduksinya secara independen, spirit DIY sepertinya juga berlaku di kultur craft beer ini. Mereka tidak segan-segan untuk terus berinovasi menciptakan bir dengan gaya tersendiri dan berkualitas tinggi sehingga konsumen akan terus menerus membeli produk yang mereka buat.
  3. Banyak retailer di luar sana yang mulai memajang craft beer di rak birnya. Sesuai dengan prinsip ekonomi, di mana ada permintaan di situ ada barang. Supply dan demand. Karena trend craft beer ini semakin meluas, tentu menjadi daya tarik tersendiri serta membuka peluang usaha baru dari kaca mata retailer. Fenomena craft beer di kalangan konsumen membuat banyak retailer di Amerika perlahan-lahan mulai membagi rak birnya dengan produk craft beer tersebut.
  4. Budaya craft beer sudah menjadi mass culture. Ketika kamu menginjakkan kaki ke sebuah bar di Amerika 10 tahun yang lalu, maka bir yang akan kamu lihat di jejeran rak minuman di belakang bartender adalah produk-produk bir yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan bir terkenal yang sudah mapan dan memiliki nama besar. Sekarang ini kamu bisa melihat produk-produk craft beer bersanding sejajar dengan produk bir ternama lainnya. Sudah bukan sesuatu yang aneh lagi.
  5. Kemasannya yang praktis. Pada awalnya, banyak craft brewery yang mengemas produk craft beer-nya dengan menggunakan botol. Saat ini, hampir seluruhnya mengganti kemasannya dengan kaleng. Ini tentu memudahkan konsumen untuk membawa birnya kemana-mana secara praktis dan tidak memakan tempat.

Di Indonesia, budaya craft beer memang belum begitu populer seperti di Amerika. Ada banyak alasannya kenapa kultur bir ini tidak begitu populer di sini; Seperti sulitnya akses untuk menembus pasar bir lokal yang didominasi oleh perusahaan-perusahaan bir yang besar, harga bahan baku untuk membuat bir, biaya operasional yang tinggi, serta mungkin terbentur oleh pajak dan regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Bagi pecinta bir, craft beer sendiri divisualisasikan sebagai 10 menit yang penuh kesenangan dan kebahagiaan sejati yang tertuang dalam sebuah gelas, otentik, memiliki pola dasar yang kuat, serta “minuman intelektual” yang wajib dinikmati berulang kali apa pun bentuk selebrasinya.

Setiap craft beer yang diciptakan adalah simbol dari kreativitas dan hasrat dari sang pembuat serta kompleksitas dari ramuan yang terkandung di dalamnya.

Keinginan untuk membuat sebuah craft beer di Indonesia kami yakin pasti ada di benak seluruh beer enthusiast di sini, di mana kita bisa bebas untuk menentukan rasa serta aroma dari bir yang ingin kita ciptakan. Bisa dibayangkan jika Jakarta memiliki craft beer andalannya sendiri, begitu juga Bekasi, Bandung, Manado, dan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Sisi positif lainnya adalah terciptanya lapangan pekerjaan baru serta community development yang dapat menunjang kesinambungan dari masing-masing daerah tersebut.

Semoga hal ini dapat terwujud di kemudian hari. Cheers and beers!

Share this :