Cuaca Yang Tak Menentu Membuat Bir Terancam!
By • Tuesday, 6 November 2018

Jika dilihat dari sejarahnya, bir berperan cukup penting dalam perkembangan peradaban manusia. Saat ini, minuman yang memiliki sejarah panjang ini sedang terancam keberadaanya akibat cuaca yang tidak menentu. Belakangan ini dapat kita rasakan pola cuaca dan suhu yang kerap berubah-ubah. Karena hal tersebut, beberapa pertanian yang menjadi kunci dalam pembuatan bir mulai terancam.

Persentase penduduk yang terkena dampak kekeringan hampir dua kali lipat selama 40 tahun terakhir. Kekeringan berdampak sangat luas, tidak hanya berdampak pada manusia tapi juga berdampak pada tanaman. Para peneliti memprediksi pada masa yang akan datang barley bisa semakin terancam dan produksinya bisa saja berkurang sebanyak tiga hingga tujuh belas persen secara global.

Dikarenakan degradasi lingkungan yang terjadi dengan cepat, para ilmuwan, pengurus pertanian, dan para pedagang sedang berupaya semaksimal mungkin untuk mengamankan sumber daya bir. Salah satu kendala yang mereka hadapi adalah cuaca yang tidak menentu. Para akademisi di bidang ilmiahpun tidak tinggal diam mereka melakukan inovasi teknologi yang diharapkan bisa menyelamatkan bir.

Industri bir di Amerika Serikat menyumbang 1,9 persen dari PDB nasionalnya atau sekitar $ 350 miliar. Bahkan di beberapa negara mulai dari Republik Ceko hingga Namibia, bir dikonsumsi lebih dari 100 liter per kapita. Hal ini membuktikan bahwa bir memiliki banyak penggemar.

Selain barley masih banyak tumbuhan yang terkena dampak perubahan iklim yang sering kali terjadi dengan tidak terduga. Tumbuhan yang terkena dampak akibat cuaca yang semakin ekstrim dan penipisan pasokan air di antaranya adalah cokelat, alpukat, dan juga padi.

Perubahan cuaca yang begitu cepat membuat keadaan dibeberapa daerah menjadi tidak menentu. Contohnya, area yang basah akan semakin basah sementara area yang kering semakin kering akibat permasalahan iklim ini.

Yakima Valley adalah sebuah daerah yang terletak di Washington dan daerah ini memegang tanggungjawab atas tanaman hops yang diperlukan para brewery. Daerah ini juga yang menghasilkan sekitar 75 persen hops untuk pembuatan bir.

Hops di daerah Yakima Valley memang terkenal karena kualitasnya dan telah tersebar di seluruh dunia. Hops hasil panen mereka sering digunakan untuk pembuatan bir dengan kualitas yang baik.

Hops membutuhkan pasokan air yang cukup agar dapat tumbuh dengan baik, jika jumlah air berkurang tentunya akan berdampak buruk untuk hops dan industri bir. Namun cuaca yang tak menentu membuat produksi bir menjadi tidak bisa di prediksi.

Julie Vano seorang hidrologis yang mempelajari tentang wilayah menyatakan bahwa perubahan iklim bisa menyebabkan melelehnya tumpukan salju yang bisa berdampak mengurangnya pasokan air. Akibatnya permintaan air bisa tidak terpenuhi di waduk Yakima Valley.

Beberapa waktu lalu penanaman hops dilakukan di dalam ruangan. Bill Bauerle seorang peneliti dari Colorado State University telah memulai menanam hops dengan menggunakan cara hidroponik. Cara ini dinilai ampuh untuk mengendalikan lingkungan dimana hops dapat tumbuh dan dapat melindungi proses produksi dari cuaca yang tidak menentu.

Dengan mengontrol lingkungan dimana hops tumbuh, tim Bauerle merubah skala produksi dari hops. Dengan cara yang telah ia lakukan, ia sanggup memanen hops segar hingga lima kali dalam setahun.

Menurutnya sistem hidroponik dapat dibuat di daerah manapun dan dinilai cukup mumpuni. Cara ini juga memungkinkan para pabrik bir untuk mempunyai hops segar sendiri sehingga tidak menggangu proses produksi.

Layaknya hops; barley dan malt akan menghadapi ancaman yang sama di masa yang akan datang. Umumnya biji-bijian dapat tumbuh subur jika ladang biji-bijian tersebut tidak terlalu sering diguyur hujan. Selain hujan, kondisi lingkungan juga tidak boleh terlalu lembab dan kondisi cuaca juga harus stabil contohnya hangat pada siang hari dan dingin pada malam hari.

Di sektor pertanian di wilayah Montana terdapat beberapa stiker yang bertuliskan “no barley, no beer.” Perubahan cuaca yang tak menentu juga mengancam barley dan hal ini membuat tunas barley rusak. Pertanian barley di wilayah Montana sudah mengalami permasalahan ini sejak tahun 2014.

Jika perubahan iklim yang tidak menentu terus berlanjut bisa dipastikan bir akan menjadi minuman langka bahkan hal terburuknya adalah kepunahan. Perubahan alam yang terjadi dikarenakan tingkah laku manusia yang mulai tidak peduli terhadap lingkungan.

Jadi, untuk menjaga kelestarian alam dan bir kita harus saling bahu-membahu dalam merawat lingkungan. Yuk! kita jaga alam bersama-sama agar kita bisa menikmati tiap sesapan bir hingga waktu yang akan datang! Tapi tentu harus #TahuBatasnya ya saat menyesap bir ! Cheers!

Via: TheOutline

RY

Share this :